Sifat-Sifat Baik yang Harus Dimiliki dalam Diri Seseorang (I)

Seringkali kita mendengar istilah muwashofat yang memiliki arti sifat-sifat yang semestinya harus dimiliki seorang muslim. Dalam konteks ini, bersama Ustad Talqi, Pengisi Kajian Rutin Pagi Hari (KRPH) Masjid Mardhiyyah, Kampus Universitas Gadjah Mada, kita akan membahas kaidah muwashofat ke 3, yaitu Matinul Khuluq atau akhlak yang kokoh.
Pada kaidah Matinul Khuluq ini terdapat tiga aspek dimana manusia tidak pernah lepas dari nilai-nilai ini, diantaranya mengawali sikap sebagai orang baik, menjalaninya sebagai orang benar dan mengakhirinya sebagai orang mulia. Tiga hal tersebut merupakan pesan kehidupan dalam hidup kita, dimana kunci untuk mewujudkannya terletak pada aqidah yang lurus atau Salimul Aqidah, Muwashofat yang pertama.
Ustad Talqi menjelaskan, jika aqidah seseorang sudah lurus, maka dapat diprediksi, kelak Insya Allah akan menjadi orang yang baik. Untuk menguatkannya, sikap baik tersebut harus diikuti pula dalam penerapan ibadah, dalam hal ini ibadah merupakan kunci utama dalam pembentukan sikap seseorang. Karena dalam beribadah kita dituntun untuk memperhatikan aspek kesiapan hati dan kedisiplinan diri ketika akan berhadapan dengan Allah. Setelah itu, aspek akhlak lah yang akan terbentuk dari berjalannya proses tarbiyah dzatiyah tersebut. Akhlak pula lah yang akan menjadikan diri kita mulia, baik secara hablumminallah dan hablumminannas.
البر حسن الخلق , و الإثم ما حاك في نفسك و كرهت أن يطلع عليه الناس
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)
البر حسن الخلق, kebaikan itu adalah akhlak yang baik. Merujuk pada kata al birru pada hadits tersebut yang berarti kebaikan. Kata tersebut memiliki hubungan yang erat dengan akhlak, yakni akhlak yang baik dari kebaikan yang kita tanam akan menjadi akhir kehidupan dan akhir dari segalanya. Kemudian, kata husnul khuluq mengandung makna yang menguatkan baiknya hubungan muamalah antar sesama manusia, yaitu husnul ‘itisol. Makna husnul ‘itisol tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Billahi (dengan Allah), Bilghoiri (dengan sesama makhluk ciptaan Allah) dan Binnafsihi (dengan diri kita sendiri). (ann/elnury)

Previous post Mendidik Anak dengan Akhlak Islami (II-Habis)
Next post Sifat-Sifat Baik yang Harus Dimiliki dalam Diri Seseorang (II-Habis)

Leave a Reply

Social profiles