Ini Dia Tips Jitu #CegahDBD Ala Milenials

Milenials, musim penghujan yang dimulai sejak bulan Januari 2019 hingga Februari kini nyatanya belum juga usai. Malah, rasa-rasanya nyaris hampir setiap hari hujan mengguyur seluruh provinsi di Indonesia dan beberapa negara di belahan bumi lainnya. So, kalau kondisinya sudah seperti ini harus selalu siapkan payung dan jas hujan saat beraktivitas dimanapun saat keluar rumah. Namun, di satu sisi, nyatanya ada hal lain yang jauh lebih penting untuk dipersiapkan. Wah, kira-kira apa nih gaes?

Jawabannya, ialah munculnya berbagai jenis penyakit “langganan” yang selalu hadir saat musim hujan tiba, dan satu diantaranya yang wajib diwaspadai adalah ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD). Wuihh, ngeri-ngeri sedap pastinya. Mengingat, sejak dulu jenis penyakit yang satu ini telah banyak merenggut nyawa penderitanya. Nah, pas banget nih, Kamis (7/2) kemarin, emak dan teman-teman healthies lainnya abis meet up lho bareng Kemenkes RI! Dan, materi yang dibahas ini pun menarik banget, yakni seputar DBD serta cara pencegahannya yang ala kekinian. So, baca terus pokoknya sampai habis ya!

Sejak Kapan Sih DBD Muncul di Indonesia?

Adapun, penyakit DBD ini sendiri pertama kali ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968. Wuih, udah lama juga ya mak, kira-kira hampir setengah abad lebih. Kendati demikian, penyebaran penyakit ini pun semakin meluas. Dimana, hal ini disertai dengan hadirnya peningkatan transportasi dan mobilitas penduduk. Otomatis, kondisi itu pun memungkinkan terjadinya penyebaran DBD makin meluas hingga seluruh penjuru wilayah di Indonesia.

Dan, mirisnya lagi, berdasarkan data yang diperoleh Kemenkes RI pada tahun 2005, menyebut bahwa rata-rata kasus penderita DBD di seluruh provinsi Indonesia mencapai angka 122.676/tahun dan data ini pun semakin diperparah dengan angka kematian yang cukup tinggi, yakni 1.031/tahun. Seketika, lihat data ini mamak langsung terkejut gaes.

dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid: Siapa sih dalang dibalik DBD ini?

Ibu Siti (tengah) tengah memberikan pemaparan

Sekilas, itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh Direktur P2PTVZ ini
kepada kami para healthies saat itu. Sontak, satu-persatu jawaban pun mulai muncul dari para healthies dan dengan kompaknya menjawab, nyamuk Aedes aegypti. Wah, sesi pertama pun berhasil dibuka beliau dengan antusiasme teman-teman yang cukup tinggi. Lanjut, beliau pun memaparkan dengan jelas terkait nyamuk yang memiliki tubuh berwarna hitam dan belang-belang putih pada tubuhnya ini. Adapun, habitat yang disukai oleh jenis nyamuk yang satu ini ialah tempat penampungan air, selokan atau got, kolom yang langsung terhubung dengan tanah, dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang.

Parahnya lagi, rupanya telur dari nyamuk-nyamuk ini telah melalui fase dorman selama kurang lebih 6 bulan dan bisa bertahan tanpa air lho. Hingga kemudian, berubah menjadi larva, lalu pupa dan akhirnya menjadi serangga dewasa. Dan, ditambah lagi dengan hadirnya musim hujan, dimana tingkat kelembaban dan suhu optimum yang rendah ini sangat disukai oleh nyamuk. Oleh sebab itu, kondisi ini rupanya sangat menguntungkan bagi nyamuk karena umur rata-rata nyamuk menjadi lebih panjang. Otomatis, hal ini pun mengakibatkan peningkatan jumlah penderita DBD, khususnya di musim hujan seperti saat ini.

Lantas, seperti apa cara terbaik untuk mencegah DBD?

Berdasarkan penuturan Ibu Siti, beliau menjelaskan cara terbaik untuk mencegah DBD ialah melalui program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M+. Wah, kira-kira apa sih 3M+ ini:

  1. Menguras tempat penampungan air
  2. Menutup tempat penampungan air
  3. Mendaur ulang barang-barang bekas, dan Plusnya adalah Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu atau bibit nyamuk.

Kemudian, beliau juga menyarankan untuk menanam jenis-jenis tanaman yang dapat mengusir nyamuk di rumah dan sekitar lingkungan tempat tinggal, yaitu: Tanaman Zodia, Bunga Krisan, Serai, Kayu Putih, Kemangi, Bunga Lavender, Bunga Krisan, dan masih banyak lagi. Serta, tidak lupa Ibu Siti juga menambahkan bahwa kini gerakan Jumantik (Juru Pemantau Jentik Nyamuk) telah hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memeriksa jentik nyamuk di tiap rumah sambil mengedukasi warga untuk tanggap dalam mencegah penyebaran DBD.

Tidak sampai disitu, Ibu Siti pun kembali mengingatkan terkait fogging. Dimana, kegiatan fogging ini fokus dilakukan apabila ada kasus di wilayah setempat setelah dilakukan Penyelidikan Epidomologi oleh petugas puskesmas setempat dengan radius 200 meter dan dengan catatan telah dinyatakan masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini penting, mengingat penggunaan insectisida yang terdapat dalam cairan fogging ini dan berbahaya bagi manusia jika terhirup secara berlebih.

Setelah sesi pertama ditutup. Surprisingly, tiba-tiba ada tamu istimewa yang “tak diundang” lho…

Ini dia, Ibu Nila F. Moeloek selaku Menteri Kesehatan RI yang di tengah-tengah kesibukannya bersedia menyempatkan hadir untuk hendak menyapa dan sharing santai dengan kami teman-teman healthies. Meski, waktu yang diberikan tidaklah banyak, namun cukup memberikan kami insight baru khususnya di dunia kesehatan. Wah, wah, wahhh… Makin semangat dong rasanya buat nulis, hihii.

Ini Dia, Sikap Milenial yang Merusak Kesehatan Versi dr. Gia Pratama

Next, setelah sharing short time bareng Ibu Menkes, sesi selanjutnya pun diisi oleh dr. Gia Pratama. Wait, siapa sih yang enggak kenal dengan sosok dokselebtweet yang satu ini? Kurleb, pasti sebagian besar tahu lah ya beliau ini siapa, disamping profesinya sebagai dokter di sebuah rumah sakit, beliau juga dikenal sebagai influencer yang kemudian berhasil menelurkan sebuah buku yang based on true story langsung dari pengalaman hidupnya dong. Wagelaseh, kurang greget gimana cobaa? Maafkan saya, jadi gak fokus.

Oh iya, dalam pemaparannya kali ini, dr. Gia menjelaskan adanya 2 sikap milenial yang merusak kesehatan, yaitu:

  • SIKAP MEREMEHKAN
  • SIKAP KETAKUTAN

Dan, menariknya dari dua hal tersebut semuanya didasari oleh KETIDAKTAHUAN atau bisa juga disebut dengan malas untuk mencari tahu sehingga muncullah sikap abai dan tidak peduli. Khususnya, dalam hal menjaga kesehatan. Maka, enggak heran kalau munculnya berbagai jenis penyakit saat ini pada tubuh seseorang seringkali disebabkan karena ketidakpeduliannya terhadap apa-apa yang dapat merugikan tubuhnya. Sehingga, sikap abai inilah yang justru memicu hadirnya penyakit tersebut.

You Are What You Eat

Dalam penjelasannya saat itu, dr. Gia menuturkan bahwa apapun yang kita makan bisa menjadi krusial. Maksudnya ialah, jika kita salah dalam mengatur komposisi bahan baku makanan dalam jangka panjang, otomatis hal ini pun akan sangat memengaruhi tubuh. Adapun, pengaruh yang akan ditimbulkan dari konsumsi makan (yang salah) tersebut adalah penuaan dini, kepikunan, berbagai jenis penyakit (pastinya), dan menurunnya sistem imun dalam tubuh.

dr. Gia Pratama: Mau tahu cara jitu #CegahDBD ala milenials?

Anyway, hubungan antara pola makan dengan #CegahDBD itu sendiri rupanya berperan banget. Karena, dengan kita rutin memperhatikan tiap asupan makanan sehat yang kita makan, secara langsung hal ini sangat mendukung terbentuknya sistem imun dalam tubuh agar lebih kuat. Sehingga, ketika sistem imun dalam tubuh ini kuat dan bekerja aktif, berbagai penyakitpun akan enggan untuk menghampiri. Berikutnya, menjaga pola tidur agar lebih berkualitas.

Nah, sadar enggak sih sebagai orang dewasa kita seringkali abai dan enggak terlalu peduli tentang jam tidur yang optimal? Pastinya, sebagian besar dari kita acapkali abai akan hal itu. Padahal, menurut dr. Gia deep sleep itu penting banget lho! Enggak hanya untuk anak kecil aja, namun juga berlaku bagi orang dewasa dengan waktu tidur 7 jam per hari dan sebisa mungkin hal ini harus dipenuhi. Karena, semakin berkurang waktu tidur kita, maka hal itu akan diikuti pula dengan makin berkurangnya harapan hidup kita. Nah lho, enggak mau kan mati sia-sia gitu aja gaes lantaran pemahaman kita yang keliru selama ini?

Next, ini dia pengantar poin terakhir dari dr. Gia, yakni PENTINGNYA BEROLAHRAGA. Nah, karena sadar diri, saya pribadi pun masih jauuuuuhhh sekali dari kata rajin untuk berolahraga. Padahal, manfaat yang dirasakan oleh tubuh berfaedah bangeeeettt… serius enggak pake bohong! Oleh karenanya, dr. Gia pun menyampaikan beberapa manfaat yang diperoleh dari aktivitas ini, yakni: mengurangi lemak tubuh (pastinya), meningkatkan lifespan, menguatkan otot, mengurangi risiko diabetes, melancarkan aliran darah, mengurangi risiko kanker, meningkatkan daya ingat, menguatkan fungsi hati, dan masih banyak lagi. Wahh, buat para milenials bisa banget nih dicoba tipsnya, yuk bikin hidup kita makin sehat, bismillah.

Last But Not Least…

Sebelum acara ditutup, tak lupa kami pun juga diajarkan untuk membuat larvitrap oleh teman-teman dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit (BTKLP) Kemenkes RI. Wah, apa sih larvitrap itu? Larvitrap ini sendiri merupakan perangkap larva atau jentik nyamuk dengan menggunakan media air. Menariknya, media ini sengaja dibuat untuk nyamuk agar masuk ke dalamnya hingga kemudian bertelur. Nah, dan pada akhirnya telur-telur ini pun terperangkap dan kemudian mati. Wah, solutif banget ya gaes alat yang satu ini.

Cara membuatnya pun cukup mudah, pertama siapkan botol plastik ukuran 1,5 liter yang kemudian dipotong menjadi 2 sisi, lalu pada bagian tengahnya dibelah menjadi 2 dengan menggunakan cutter. Setelah itu, pada bagian atasnya ambil tutup botolnya dan lubangi. Kemudian, tempatkan bagian atas botol yang sudah dibelah tadi ke dalam bagian botol dibawahnya. Siapkan kain tile ukuran 20x20cm untuk menjaring telur-telur yang masuk ke dalam alat tadi. Dan, tak lupa siapkan juga lakban hitam serta plastik hitam untuk menutupi sekaligus merekatkan seluruh lapisan bagian botolnya. So, alat-alat yang dibutuhkan cukup mudah bukan?

Larvitrap yang berhasil dibuat oleh Tim BTKLP

Selain itu, alat ini sebaiknya ditempatkan di kamar, ruang tamu dan ruang keluarga. Jangan tempatkan alat ini di dapur ataupun kamar mandi. Mengingat, jika alat ini ditempatkan di kamar mandi khawatir bisa terkena cipratan air, sehingga memberikan ruang bagi nyamuk untuk bertelur lantaran adanya genangan air yang berlebih. Serta, disarankan pula minimal 2 larvitrap pada tiap-tiap rumah. Kemudian, yang paling penting ialah harus rajin mengurasnya ya gaes jangan dibiarkan begitu saja hehe.

Finaleehh, sebagai millenials rupanya penting banget nih menjaga pola hidup sehat. Karena, dengan pola hidup yang sehat dapat membuat tubuh dan pikiran kita juga akan semakin kuat. Selain itu, dengan pikiran yang sehat mampu menjadikan diri kita untuk lebih sadar tentang betapa pentingnya kebersihan diri untuk #CegahDBD sejak dini. So, sudahkah kamu menerapkan pola hidup sehat? Ditunggu sharingnya ya gaes. Have a good day!

Salam sehat dari teman-teman healthies untuk semua pembaca yang baik hati
Previous post Usir Mager Blogging dengan SETIP with Estrilook
Next post Mom, Yuk Katakan 'Iya Boleh' Untuk Eksplorasi Si Kecil

4 thoughts on “Ini Dia Tips Jitu #CegahDBD Ala Milenials

  1. Kalau diperumahanku sudah dapat himbauan untuk membuat Larvitrap, karena ini merupakan salah satu pencegahan dbd dirumah. Tahun 2014 saya terkena dbd dan rasanya tuh gak enak banget dan kapok banget!!

Leave a Reply

Social profiles