Sahabat, sebagai umat muslim tentunya kita patut menyadari bahwa ibadah shalat merupakan salah satu amalan ibadah yang akan pertama kali dihisab di yaumul akhir nanti. Kemudian, dari ibadah shalat yang benar itulah, akan menghantarkan kita pada kebaikan-kebaikan amal dan sifat dalam diri kita. Sebagaimana dalam haditsnya yang menyebutkan:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ، فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perintahNya melalui peristiwa isra’ mi’raj, mengajak dan mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk menjalankan perintah shalat lima waktu dalam sehari dan hukumnya wajib untuk ditunaikan. Mengapa? Karena, ibadah shalat merupakan indikator pembeda antara orang yang benar-benar beriman dan orang kafir. Mengingat, dalam hal ini orang yang kafir termasuk dalam golongan orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang tidak mentaati perintah Allah. Seperti dikutip dalam firmanNya:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا
مَوْقُوتًا
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103)
Saudaraku, mau tahu seperti apa sih syarat sah shalat yang menjadikan shalat kita lebih baik dan sempurna? Bersama Ustadzah Herlini Amran, narasumber program Kita dan Keluarga edisi Fiqh Wanita, Acara yang bisa anda dengarkan setiap senin pukul 10.00 WIB di Radio Elnury 918 AM, akan membahas dengan detail seputar syarat sah shalat.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS Thaha: 132)
Dalam pertemuan kali ini, Ustadzah Herlini menjelaskan hal-hal apa saja yang termasuk dalam syarat sah shalat, yaitu: (1) menghadap kiblat, (2) sudah masuk waktu shalat, (3) bersih badan, pakaian, dan tempat dari najis, (4) tidak dalam keadaan hadas besar dan hadas kecil, dan (5) menutup aurat.
Dari poin syarat sah shalat ini, Ustadzah Herlini menegaskan bahwa lima poin tersebut harus diperhatikan oleh seluruh umat muslim dalam melaksanakan ibadah shalat, baik itu yang sifatnya wajib, rawatib dan nawafil. Dalam konteks ini, ustadzah menguraikan poin ke 2 tentang masuk waktu shalat dan kemudian membaginya menjadi tiga golongan, yaitu orang yang lupa atau tertidur, orang yang melalaikan shalat, dan orang yang sengaja meninggalkan shalat. Lantas, pada kasus tertidur dan melalaikan shalat sangat sesuai dengan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini:
أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِيَّ النَّوْمِ تَفْرِيطٌ، إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةَ الْأُخْرَى، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّهَا
حِينَ يَنْتَبِهُ لَهَا
“Sebenarnya bukanlah kategori lalai jika karena tertidur. Lalai adalah bagi orang yang tidak shalat sampai datang waktu shalat lainnya. Barang siapa yang mengalami itu maka shalatlah dia ketika dia sadar”. (HR. Muslim, 311/681)
Lalu, untuk orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, hal ini merupakan dosa besar dan bagi pelakunya harus melakukan taubat nasuha dan memperbanyak shalat sunnah untuk menutupi shalat-shalatnya yang ditinggalkan selama ini. Dari hal tersebut, kita wajib menyadari pentingnya shalat sebagai asupan wajib ruhiyah kita sehari-hari. Karena, shalat merupakan bentuk penghambaan kita kepada Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya selama ini kepada kita hamba-hambaNya. Maka, sudah sepantasnya bagi kita untuk tidak melalaikan apalagi meninggalkan perintah shalat dalam kehidupan kita. (ann/elnury)