Khadijah Baihaqi. Itulah nama yang kami sematkan pada putri kami yang lahir pada 10 Juni 2017 lalu, bertepatan di bulan ramadhan. Adapun, harapan kami sebagai orang tua memberikan nama tersebut agar kelak dia menjadi akhwat shalihah yang setia, pemurah lagi dermawan seperti layaknya bunda Khadijah istri Rasullullah SAW.
Sesaat, ingin rasanya mengingat kembali kilas balik perjalananku dan suami dalam menjemput sosok mungil yang kami damba-dambakan dalam pernikahan. Bahkan, rasa pedih akan keguguran pun pernah aku alami. Lantas, bukankah ujian hadir sebagai penebus dosa dan menjadi sarana untuk lebih banyak mengingat Allah? Dan, dengan penuh keyakinan ku jawab, YA.
Tiba-tiba teringat, memori di bulan November 2015 silam atas terjadinya keguguran pada kehamilanku saat itu yang rasanya telah bergulir begitu cepat.
Dalam hati, selalu terngiang ‘bismillah, masih banyak waktu untuk terus berikhtiar mendapatkan keturunan.’
Berbagai saran baik dari orang tua, saudara, sahabat bahkan berbagai artikel yang berkaitan dengan program hamil tak pernah kami lewati untuk dicoba. Mulai dari mengonsumsi kurma muda, madu, tauge, dan beberapa makanan lainnya.
Kendati demikian, sepertinya saat itu Allah masih belum memperkenankan kami untuk mendapatkan buah hati atas ikhtiar ini. Namun, kami tidak pernah berhenti menyerah.
Tentang Ikhtiar, Doa dan Tawakal yang Tak Putus
Bulan Ramadhan 2016 pun tiba, dan pada bulan itulah kami memanfaatkan momen tersebut untuk banyak mendekatkan diri kepada Allah, baik dengan ibadah wajib maupun ibadah nawafil sekalipun. Kami terus berusaha dan memaksimalkan ibadah semampu kami mengerjakan.
Mengingat, entah amalan utama apa yang menjadikan doa-doa kami diijabah oleh Allah, karena dalam hal ini hanya Allah lah yang memiliki kehendak atas setiap ikhtiar yang dilakukan oleh hamba-hambaNya.
Saat itu, satu amalan yang aku yakini ialah sedekah. Ya, sedekah. Bulan Ramadhan 2016 kala itu benar-benar menjadi momen besar bagiku untuk merayu Allah. Tanpa bermaksud Riya’, aku terus mengupayakan diri untuk terus bersedekah meski uang belanja bulanan saat itu hampir habis. Namun, aku paksakan dan upayakan untuk bersedekah di kala sempit.
Dan, puncaknya adalah saat aku bersedekah memberikan parcel lebaran untuk panti asuhan saat itu. Ketika ditanya oleh ibu yg mengelola panti, yakni apa sekiranya hajat yang sedang diinginkan. Tak kuasa, air mataku pun leleh seketika. Doaku, yakni ingin memiliki anak dan bisa segera hamil. Setelah menitipkan doa, akupun bersegera pulang karena tak kuat menahan haru.
Ketika Allah Menjawab Doa Kami
Lebaran pun berlalu, dan bulan pun berganti bilangannya. Bulan Agustus 2016, aku dan suami memberanikan diri untuk berencana promil ke obgyn di salah satu rumah sakit di Jakarta. Dan, setelah diperiksa kami pun dinyatakan insya Allah tidak ada masalah. Allah Maha Baik, semangat itupun kembali muncul untuk menguatkan kami dalam berikhtiar memiliki keturunan. Dokter saat itu hanya membekaliku dengan resep vitamin E dan asam folat untuk aku konsumsi setiap hari, serta tidak lupa memberikan saran pada kami berupa jadwal yang tepat untuk berhubungan.
Hingga, tiba saatnya di bulan September 2016. Aku telat haid 4 hari. Namun, paranoid itu sudah seperti harapan palsu yang cukup mengecewakan. Yap, sering telat dan cek testpack namun hasilnya nihil. Meski demikian, tak ada salahnya bukan untuk mencoba testpack yang kesekian kalinya?
Subuh pagi, akupun bergegas bangun dari tidurku. Mengingat saat itu aku tengah menginap di rumah mertuaku di Lumajang, Jawa Timur. Tanpa berharap lebih alias nothing to lose, akupun segera mengeluarkan stick testpack dan memasukannya ke dalam urinku. Tak butuh waktu lama, selang 5 menit ku perhatikan lama-lama pada testpack tersebut samar-samar muncul 2 garis yg makin lama terlihat jelas. Hatiku makin berdegup kencang tak karuan.
Berusaha meyakinkan diri, bahwa apa yang aku lihat saat itu benar-benar nyata. Ma syaa Allah, aku hamil. Alhamdulillah Ya Allah.
Guna memastikan, sepulangnya dari Lumajang, akupun segera kembali memeriksakan diri ke obgyn yang menanganiku bulan Agustus lalu. Dan, kuasa Allah lah yang dengan kehendaknya, dari layar USG saat itu tampak kantung janin tengah bersemai di rahimku. Lagi-lagi, haru tangis mulai mewarnai, alhamdulillah wa syukurillah bahwa tiada ikhtiar yg sia-sia dihadapanNya. Bismillah, mulai saat itu kehidupan baru dimulai.
Ludy