Khadijah, begitulah dia disapa. Gadis kecil dengan tawanya yang renyah dan sumringah selalu mengisi hari-hari saya dengan banyak hal baru dan menakjubkan. Menariknya, disanalah letak ujian bagi saya untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesabaran dalam mendidik dan merawat Khadijah sebaik mungkin. Khususnya, di masa tumbuh kembangnya saat ini. Bermain dan belajar adalah dua agenda utama kami setiap harinya di rumah. Sebagai ibu yang bertindak sebagai full time mom, tentunya memiliki agenda khusus untuk Khadijah guna merangsang stimulusnya di masa golden age ini.
Ahh, terlalu mellow rasanya jika mengingat-ingat kebersamaan saya dengan gadis mungil kesayangan yang satu ini. Pastinya, sebagai orang tua saya dan suami sepakat untuk berusaha memberikan yang terbaik bagi Khadijah. Dan, tentunya dengan cara kami berdua, yang banyak menuai pro dan kontra khususnya dari orang tua kami. Di rumah, kami sepakat untuk tidak membelikan banyak mainan untuk gadis kecil kesayangan kami. Which is, alasan utamanya adalah untuk menjadikan Khadijah agar lebih kreatif dan tidak konsumtif.
Adapun, yang kami berikan adalah sejumlah buku-buku bergizi penuh manfaat untuk dia “lahap” dan beberapa jenis mainan edukatif yang dapat menghapus rasa jenuhnya. Mungkin terlihat agak “tega”, tapi beginilah cara kami dalam mendidik Khadijah dan adik-adiknya kelak.
Lebih dari itu, teringat pinta salah seorang psikolog, yaitu Ibu Elly Risman yang menyebut bahwa mainan terbaik bagi anak adalah tubuh ibu-bapaknya sendiri. Bukan tanpa alasan, melainkan disana terselip tujuan utama dari pentingnya komunikasi orang tua mendekatkan diri dengan anak-anak mereka sejak kecil. Khususnya, dalam membina hubungan yang intens antara anak dan ayahnya sejak dini. Oleh sebab itu, beragam ide dan cara saya pikirkan sebaik mungkin untuk membuat games ala kadarnya di rumah. Karena, dalam hal ini banyak aspek yang dituangkan, yaitu olah rasa, ekspresi dan sentuhan fisik.
Aktivitas seru apa saja yang kami lakukan?
Dari banyaknya aktivitas seru yang kami lakukan, tiga diantaranya merupakan aktivitas yang sangat disukai Khadijah dan berguna untuk melatih motoriknya, yaitu berlari di ruangan terbuka, berenang dan lempar tangkap bola. Berlari dan menangkap bola adalah dua aktvitas yang hampir setiap hari kami lakukan, baik itu pada pagi ataupun di sore hari. Dan, khususnya pada hari libur.
Sebagai ibu, saya lebih menyukai aktivitas yang sepenuhnya melibatkan fisik untuk Khadijah lakukan sehari-hari sebagai sarananya untuk bermain dan belajar. Maka, tidak heran jika Khadijah sejak dini mulai terlihat memiliki tipe belajar kinestetik (penilaian emak sotoy, hahha). Maybe, hal ini dikarenakan stimulus yang kami berikan tersebut lebih banyak bersinggungan dengan motorik kasar. Namun, yang terpenting dari itu adalah Khadijah senang melakukannya dan sangat menikmati tiap prosesnya. Ahh, mamak ikut bahagia, Nak!
Motorik Halus vs Motorik Kasar
Anyway, jika saya cermati baik-baik, Khadijah rupanya lebih cenderung menyukai aktivitas yang melatih motorik kasar dibanding motorik halus. Hal ini pun nyatanya dipengaruhi oleh stimulasi yang diperolehnya selama ini, serta ketertarikannya. Padahal, jika dipikir-pikir sejauh ini emak sudah mencoba untuk menyeimbangkan pemberian stimulus terhadap motorik kasar dan halusnya. Tapi lagi-lagi, biarkanlah Khadijah yang memilih arah minatnya sendiri, tsahh. Lantas, apa sih perbedaan motorik halus dan motorik kasar? Berikut ulasannya.
Motorik halus, adalah kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan fisik, which is melibatkan koordinasi mata-tangan dan otot kecil. Adapun, motorik halus ini dapat dikembangkan dengan pemberian latihan secara rutin, yaitu berupa permainan menyusun balok, memasang puzzle dan mencocokan benda sesuai dengan ukuran bentuknya. Dan, tiap anak tentunya memiliki kemampuan motorik halus yang berbeda-beda, baik itu dari segi ketepatan ataupun kekuatan.
Next, Motorik kasar. Jenis kemampuan yang satu ini berkaitan erat dengan tahapan kematangan fisik anak, dimana hampir sebagian besar prosesnya melibatkan seluruh anggota tubuh dan otot-otot besar. Serta, banyak faktor didalamnya yang mendukung berkembangnya kemampuan motorik kasar ini, yaitu lingkungan, kemampuan fisik dan perkembangan sistem saraf. Maka tidak heran, jika seorang bayi akan “mampu” berjalan sendiri manakala proporsi kedua kakinya sudah cukup kuat untuk menahan tubuh, sistem sarafnya mulai berkembang dan ada kemauan si kecil untuk mulai berjalan.
Melihat hal itu, saya sebagai ibu pun semakin sadar bahwa penting untuk rutin memberikan stimulus sesuai dengan usianya. Mengingat, perkembangan motorik ini harus seimbang dan sejalan dengan milestone tumbuh kembangnya. Well, yang paling penting ialah Khadijah merasa have fun dan enjoy dalam tiap prosesnya alias tanpa ada paksaan, karena dengan ini akan semakin mendukung kematangan sistem saraf dan attitude-nya di masa depan. Hopefully.
Enggak hanya hobi bereksplorasi, Khadijah juga suka ngemil lho!
Nah ini dia salah satu kesukaan Khadijah di samping hobinya bereksplorasi di luar rumah, yups NGEMIL. By the way, karena saking rajinnya, emak selalu membuat menu khusus camilan untuk Khadijah santap setiap hari. Berhubung, kakak bayi yang satu ini rupanya lebih hobi ngemil ketimbang makan berat, sehingga mamak kudu mikir keras kira-kira camilan apa ya yang enak tapi juga sehat untuk dikonsumsi setiap hari.
Terlebih, kalau misalnya mau pergi melancong ke berbagai tempat, pastinya butuh camilan yang saat dibawa packaging-nya simpel, enggak makan tempat, dan yang paling penting enggak bikin berantakan. Wah, siapa sih yang enggak mau. Eits, tunggu dulu, eng ing eng, emak-emak sekarang enggak perlu khawatir karena sekarang ada Monde Boromon Cookies yang pas banget untuk camilan sehat si kecil.
Nah, bagi emak Monde Boromon Cookies ini unik dan berbeda banget lho dengan biskuit bayi pada umumnya. Pertama, dengan bentuknya yang bulat kecil-kecil persis seperti snack pilus, dapat melatih motorik anak yang ada di lidah dan mulut. Sehingga, mengoptimalkan koordinasi dari fungsi kedua organ ini dalam proses mencerna makanan. Kedua, bebas gluten alias gluten free (lah, sama aja Mak), sehingga aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang alergi terhadap gluten. Ketiga, kandungan zat didalamnya yang berbeda dengan kebanyakan biskuit bayi lainnya, yaitu mengandung DHA, madu dan terbuat dari sari pati kentang.
Selain itu, hal paling menarik lainnya dari Monde Boromon Cookies ini adalah mudah meleleh saat terkena air liur sehingga sangat mudah dicerna oleh anak-anak saat memakannya. Serta, Monde Boromon Cookies ini juga dapat membantu Khadijah khususnya dalam mengeksplorasi rasa, bentuk, tekstur, dan kemampuannya untuk makan. Mengingat, rasa manisnya yang pas dan tidak berlebihan sehingga aman untuk dikonsumsi anak-anak.
Nah, yang paling emak suka dari Monde Boromon Cookies ini adalah packagingnya yang lucu, simpel dan sesuai dengan ukuran “perut” anak-anak. Otomatis, dapat memudahkan para emak untuk membawa jenis camilan yang satu ini kemanapun pergi dan Si Kecil pun senang karena bisa tetap ngemil dimanapun dan kapanpun. Pokoknya, Monde Boromon Cookies ini recommended banget lah untuk emak-emak sekalian.
Oh iya, harganya pun juga bersahabat lho di kantong, yakni berkisar Rp12.500 per pack, yang mana didalam satu kotak tersebut berisi 6 bungkus cookies dengan kemasan plastiknya yang mungil dan lucu. Dan, Monde Boromon Cookies ini tentunya bisa dengan mudah diperoleh di supermarket terdekat dan online shop kesayangan kamu lho. So, sekarang saya tidak perlu khawatir lagi, karena Monde Boromon Cookies adalah makanan selingan yang tepat untuk Khadijah saat kami berpergian mengeksplorasi berbagai tempat.
Finally, sekian dulu penjelasan saya yang panjang kali lebar ini, semoga bisa memberikan sedikit manfaat dan pencerahan bagi emak-emak sekalian. See you next time, salam waras!