Cung, siapa yang pernah ngalamin?
It’s meeee, hahaha. Semudah itu ya saya mengatakannya. Padahal mah dalam hati cirambay pisan euy, jadi galau mau ngapa-ngapain saat itu. Sulit digambarkan memang perasaan saya saat pertama kali tahu kalau doi mau ditugaskan pergi kala itu. Maksud hati, pengen ngerasain ala-ala pacaran berduaan gitu after halal, eh tapi tugas kantor mengharuskan suami pergi untuk dinas. Mending ya, kalau perginya masih 1 provinsi atau bahkan masih di negara sendiri deh, eh dilalah mirisnya ini pake melintasi benua segala. Fiuhh, kudu ekstra sabar berkali-kali lipat ini mah namanya (nahan diri).
Yup, saat itu suami ditugaskan oleh kantornya untuk dinas ke Negara Prancis, tepatnya di Kota Toulouse. Well, otomatis jelas banget dong ya perbedaan waktunya cukup jomplang antara Indonesia-Prancis yakni sekitar 5-6 jam. Kala itu, saya emang sok tegar dan nrimo gitu. Padahal mah pas ditinggal di bandara langsung nangis sesenggukan cari tisu. Udah mana, pake parno segala takut kalau sampe gak balik ke Indo (entah karena accident apa).
Kebayang dong, itu deretan sinetron drama di Ind*si*r yang guhe tonton sekelebat keluar semua. Hiks, perih ya. Tapi, akhirnya setelah itu saya langsung cari resto fast food terdekat buat ngademin hati (ngademinnya teteup pake makanan ya!). Gusti, gimana enggak makin gendut cobaak setelah nikah, kalau dikit-dikit pas ditinggal LDR eike ngelampiasinnya ke makanan terus. Memang sih enak pas makan, hehee.
Next, ujian kesabaran pun sejak saat itu dimulai. Which is, agak susah boook buat komunikasi. Pengennya sih lancaaar blass kayak jalan tol. Namun apa daya, kendala signal rupanya cukup menghambat kami kala itu, disamping perbedaan waktu yang cukup jauh sehingga agak menyulitkan saya untuk berkomunikasi. Maybe, jam 2 pagi saya udah tidur, sedangkan doi disana lagi jam 9 malam. Bayangkan sedulur, saya yang terkenal kebo ini kalau tidur susah sekali dibangunkan oleh alarm sekalipun termasuk dibangunin emak.
Meski, judulnya sudah “janjian” buat telpon-telponan jam segitu, namun apa daya sifat kebo saya nyatanya lebih mendominasi ketimbang ekspektasi kami untuk bermesraan as newlywed. Hiks, pediiih kalau diinget. Benar saja, tiap rencana pun selalu berakhir gatot alias gagal total. Sadly, hanya ada kesempatan untuk saling berkabar dan bertukar foto via chat WA saat itu. Dalam hati, tak apalah daripada enggak sama sekali hehe.
H+2 Nikah, Drama Newlywed yang Menguras Hati
Oh iya, saya belum cerita ya gaes tentang awal pertemuan saya dengan suamik sebelum akhirnya jadi nikah. Jadi begini buibuu, sebelumnya kami berikhtiar melalui proses taaruf pada bulan Mei 2015 saat itu. Dan, tepat di tanggal 13 Juni 2015 suamik pun membawa serta keluarganya untuk datang mengkhitbah. Hingga, akhirnya diputuskanlah tanggal 2 Oktober 2015 kami menikah. Adapun, pertimbangannya saat itu lantaran suamik yang emang basicnya selalu tugas di luar, baik kota maupun negeri. Serta, ketersediaan gedung yang susah dicari, lantaran dimana-mana fully booked bahkan sampai awal tahun.
Namun, nyatanya dibalik ujian sebelum nikah itu, ada ujian kehidupan lain yang lebih menguras hati. Yup, ditinggal LDM pasca nikah 2 hari. Dimana, hari Jumat, 2 Oktober 2015 kala itu bertepatan dengan acara akad kami, dilanjut keesokan harinya dengan resepsi. Next, hari Minggu, 4 Oktober 2015 eike langsung ditinggal LDM ke Toulouse, Prancis. Ya Lord, pediiih rasanya kalau diingeeet.
Selintas, pengen rasanya ngambek gak jelas gitu. Tapi berhubung masih baru, jadi ya gitu masih kelihatan rada jaim. Sok tegar, berbaik hati menerima keadaan suamik beserta profesi yang dijalaninya. Padahal, pas ditinggal pergi jadi badmood abis, terus ngamuk-ngamuk gak jelas sendirian. Sampai, ortu pun heran ini anak pengantin baru tapi bawaannya nangis mulu alias cengeng. Meski, ditinggal sekitar 2 minggu lamanya, tapi tetap aja nyesek. Pasalnya, seminggu setelah pulang ke Indo, suamik kembali ditugaskan ke luar kota.
Well, tak apalah, toh suamik kerja kan buat cari nafkah yang halal untuk istrinya. Meski, saya sering banget menye-menye-menyedihkaaann kala ditinggal dinas sama suamik. Namun, saat kehadirannya tampak di depan mata, hati ini pun tak jadi remuk. Malah, seketika berbinar-binar tak menyisakan ruang sedih sedikitpun. Ya, seperti itulah kami saat itu, newlywed yang rindu untuk saling berdekatan satu sama lain.
So, apa aja sih hikmahnya yang bisa diperoleh?
Tulisan ini bagi saya bukan hanya untuk sekadar curcol belaka. Namun, hanya ingin sedikit berbagi pengalaman, bahwa dengan LDM pasca nikah kita bisa mendapatkan banyak pelajaran yang dapat diambil. Khususnya, dalam mendewasakan cara berpikir dan kepribadian kita. Adapun, hikmah yang bisa diambil dari story “agak” berfaedah saya kali ini, yaitu:
- Dapat lebih memahami pekerjaan suami
- Melatih diri untuk bersabar
- Belajar untuk terbiasa mandiri, no offense
- Membiasakan diri satu sama lain untuk saling percaya
- Saling memahami satu sama lain untuk saling terbuka, khususnya dalam hal perasaan.
- Mulai belajar untuk tidak egois terhadap pasangan.
Finaleeeh, saya cukupkan dulu ya gaes sampai disini. Jikalau ada yang baik silahkan diambil, dan sekiranya ada yang kurang sok hempaskaannn sajaaahh. Semoga bermanfaat, salam waras!