Site icon Catatan Ludy

Membuat Perencanaan Keluarga, Penting Enggak Sih?

No family is perfect. We argue, we fight, we even stop talking to each other at times. But in the end, family is family, the love will always be there.

Sejak SMA, saya sudah memiliki gambaran tersendiri tentang kehidupan pernikahan yang bahagia itu seperti apa. Sederhananya, pemikiran saya saat itu adalah setidaknya cukuplah untuk bisa hidup bahagia dengan bermodalkan cinta satu sama lain. Namun, seiring dengan itu, tepatnya ketika saya menginjak bangku kuliah, pemikiran saya akan mimpi itu mulai berubah besar. Nyatanya, untuk menikahpun kita butuh yang namanya REALISTIS, enggak bisa sembarang bilang, “Oke, kita nikah yuk! Aku kan sayang/cinta kamu,” BIG NO sodara-sodara.

Dan, rupanya pemikiran saya yang makin berkembang tentang pernikahan itupun makin mengerucut pada satu titik yang urgent. Dimana, poin ini amat penting dan sangat dibutuhkan dalam mengawali suatu hubungan yang halal. Which is, kedewasaan saya dalam berpikir saat itu makin muncul tepatnya ketika saya lulus kuliah. Sejak itu, mimpi saya yang tadinya ENGGAN MASUK DAPUR pun berubah drastis. Kondisi ini, betul-betul menyadarkan saya, bahwasanya peran ibu dalam mencipatakan suatu generasi yang unggul amatlah dibutuhkan. Dan, kesimpulannya adalah MENCARI SOSOK SUAMI YANG SATU VISI DAN MISI (TUJUANNYA SAMA).

Pictured by pexels.com

Bayangkan gaes, ini sulit lho! Enggak bisa sembarang mungut atau nemu gitu aja di jalan. Kudu jeli dalam menilai dan enggak bisa sembarang pilih. Manisnya sih, jangan beli kucing dalam karung. Gitu. Lantas, sejak itulah diam-diam saya mulai mencari tahu seperti apa gambaran keluarga yang saya inginkan kedepannya. Dan, berjuta mimpi itu pun saya tuliskan dalam sebuah CV, sambil berharap dalam hati moga-moga aja ada yang nyantol. Serta, tak lupa minta ijin sama orang tua biar didoakan selalu dalam prosesnya.

Finally, alhamdulillah 3 tahun usia pernikahan kami pun telah berjalan hingga saat ini. Berbagai macam ujian pun terus datang silih berganti tak kenal waktu. Dan, alhamdulillah saya dan suami bisa melaluinya dengan baik, meski bekal ilmu yang dimiliki masih terbilang minim. So, it’s normal. Karena, sejatinya kita adalah pembelajar yang harus selalu mengupgrade ilmu dari waktu ke waktu. Makanya, please jangan JUMAWA bin SOTOY! hehehee.

Bicara tentang visi dan misi dalam pernikahan, tentunya hal ini enggak lepas dari yang namanya perencanaan keluarga. Pasalnya, dengan adanya perencanaan keluarga yang matang, maka kita akan tahu nilai-nilai apa saja yang nantinya akan kita tanamkan pada keluarga kita. Dimana, tiap keluarga memiliki privilege dan kondisi yang berbeda-beda. Selain, dari perencanaan keluarga inilah harapannya dapat melahirkan keseimbangan yang harmonis dalam suatu kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, dari kehidupan keluarga yang harmonis inilah mampu melahirkan socially impactful bagi orang-orang disekitarnya. Lantas, bagaimana sih cara kita untuk bisa memetakan perencanaan keluarga yang tepat?

By the way, alhamdulillaaaah pake bangeet, pada Senin (15/4) ini, saya mendapatkan kesempatan untuk hadir dalam diskusi berfaedah dengan pembicara-pembicara ketje. Which is, pas mereka ngomong aja hati emak udah keburu merembes duluan alias mak jleb. Duh, sumpah deh kenapa orang-orang ini wise bangeeet. Saking wise-nya, eike belum bisa move on dari acara pagi tadi, wkwkwkk. Oh iya, agenda hari ini diprakarsai oleh Komunitas Rumah Pencerah, dimana temanya sendiri adalah “Merancang Keluarga Masa Depan.” Adapun, dua narasumber yang aslii bikin emak susah kedip, yaitu Ibu Fery Farhati (you know lah yaaa, beliau adalah istri dari Pemprov DKI, Bapak Anies Baswedan) dan Mbak Puty Karina Puar (Illustrator, Blogger dan Penulis Buku). Well, biar enggak makin penasaran, yuk ahh kita simak rangkuman singkat yang saya tuliskan secara khusus di bawah ini. Check this out…

Fery Farhati: Let Him Grow, and I Will Grow Up Family

Ibu Fery Farhati tengah memaparkan materi

Takjub, itulah kesan pertama yang saya tangkap saat beliau menyampaikan hal demikian. Kata-kata tersebut, seolah terdengar begitu menyejukkan namun begitu sulit untuk diwujudkan (bagi saya khususnya). Bagaimana tidak? Mungkin bagi sebagian istri akan merasa keberatan, apabila dilimpahkan dengan berbagai tanggung jawab mengurus anak dan rumah dalam waktu yang bersamaan. Sekaligus, pasti akan terasa miris, jika kemudian hanya membiarkan si suami untuk fokus saja dalam mengembangkan karirnya. Dengan catatan, suami tetap harus memberikan perhatian pada tumbuh kembang anaknya sembari mensupport si istri.

Dan, hal inilah yang Ibu Fery rasakan, tepat saat sang suami memutuskan untuk berkarir menjadi Rektor Universitas Paramadina kala itu. Alhasil, Ibu Fery pun mampu membuktikan pengabdiannya sebagai istri yang full time di rumah, dengan mengurus antar jemput anak-anak, menyiapkan bekal mereka, mengurus keperluan mereka sehari-hari dan masih banyak lagi. Meski, pada mimpi sebelumnya dia sempat berharap untuk bisa menjadi seorang psikolog atau dosen. Namun, mimpinya tersebut akhirnya dia kubur, sembari menyadarkannya bahwa ada hal yang lebih penting dari sekadar mengembangkan karir di luar rumah.

Lalu, bagaimana dengan si suami?

Pak Anies sendiri saat itu pun, menurut beliau sangat terbantu dengan adanya pembagian tugas ini. Dimana awalnya, sebelum mereka pindah dari Amerika, Pak Anies bertugas mencuci baju dan mengurus antar jemput anak-anak sekolah. Dan, Ibu Fery sendiri hanya cukup mengurus kebutuhan rumah dan anak-anak. Namun, sekembalinya mereka ke Indonesia, pembagian tugas ini pun pada akhirnya tidak berlaku. Mengingat, kondisi yang amat jauh berbeda dengan tempat tinggal sebelumnya.

Lantas, bagaimana dengan karir Pak Anies? Kenyataannya, Pak Anies kala itu justru makin bersinar karirnya sebagai Rektor Paramadina dan sekaligus Pendiri Indonesia Mengajar. Namanya pun makin dikenal banyak orang karena kinerja dan kecerdasannya, hingga akhirnya sampai saat ini pun beliau menjadi orang nomor 1 di Provinsi DKI Jakarta. Pasalnya, dibalik itu semua ada kerja keras dan pengorbanan Ibu Fery yang turut andil didalamnya, khususnya dalam merawat keluarga kecil mereka. Sejak mendengar kisah itu, akhirnya saya mulai benar-benar percaya bahwa benar adanya di balik laki-laki hebat ada perempuan yang hebatpula turut menyertai. Nah, kira-kira apa aja sih strategi yang Ibu Fery bangun dalam membuat perencanaan keluarga? Ini dia, selengkapnya…

  1. Penting mempersiapkan fisik dan psikis (mental) terlebih dahulu sebelum membentuk sebuah keluarga
  2. Mulai merancang visi dan misi bersama pasangan, dan tentunya harus memiliki tujuan hidup yang sama. Adapun, menurut Ibu Fery visi dan misi ini harus mencakup 3 poin penting, antara lain: intelectually growing, financially sound, and socially impactful
  3. Memahami 5 nilai penting yang harus dijalankan sebagai orang tua, yaitu: Cinta, Visioner, Pembelajar, Religius (ada rutinitas yang menunjukkan pada anak tentang adanya Allah), dan Kehadiran (hadir dalam diri anak-anak kita)
  4. Sadar untuk selalu menjalin komunikasi satu sama lain
  5. Komitmen dan Belajar

Dan, yang paling penting dari semua itu adalah PENERIMAAN. Karena, dengan kita bisa ikhlas menerima keadaan yang kita alami saat ini, maka semuanya pun akan terasa mudah. Terlebih, setelah mewujudkan hadirnya Sakinah, Mawaddah Wa rahmah (SAMAWA) dalam rumah tangga kita. Maka, akan ada kebaikan lainnya yang turut hadir didalamnya, yaitu Muthmainnah atau rasa tenang bersama pasangan. So, rasanya semakin indah bukan?

Puty Puar: Ibu Berkarya dari Rumah

In frame Mba Puty Puar

Sandwich generation rasanya begitu lekat dalam kehidupan kita saat ini secara turun-temurun. Meski, pada kenyataannya hal ini rupanya juga berlaku bagi anak-anak perempuan untuk dapat “membalas budi” orang tua mereka, termasuk saya hehee. Kendati, sandwich generation ini sendiri sebenarnya sih sah-sah aja asal tidak menekan anak dan menuntut mereka secara berlebihan. Hingga pada akhirnya, menekan perempuan untuk terus bekerja di luar rumah meski sudah berkeluarga guna memenuhi “kebutuhan” orang tua mereka.

Terlepas dari itu, sejatinya perempuan memang perlu untuk terus mengaktualisasikan diri sepanjang hidup mereka. Terlebih, jika passion yang mereka miliki dapat menghasilkan nilai jual tanpa harus bekerja kantoran dari pagi hingga sore. Lantas, apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi perempuan untuk terus berkarya meski sudah menikah?

“Sebagai wanita, saya yakin suatu hari nanti saya harus ikut suami saya. Maka, saya pun membekali diri saya jauh-jauh hari dengan potensi dan passion yang saya miliki agar dapat terus memberikan social impact bagi orang-orang sekitar,” ujar Mbak Puty Puar saat membuka materi.

That’s right, setuju banget nih sama Mbak Puty, sejatinya perempuan perlu banget untuk terus berkarya, tujuannya semata-mata demi socially impactful. Dimana, dampak sosial inilah yang harus dirasakan langsung manfaatnya oleh orang-orang sekitar atas passion dan potensi yang kita miliki. Sehingga, tidak menutup kemungkinan bagi kita para ibu-ibu untuk dapat terus eksis dalam berbagai hal, meski dilakukan dari rumah. Dan, menurut Mbak Puty sendiri hal ini bisa banget lho dilakukan oleh para ibu-ibu semua tanpa terkecuali. Lantas, kira-kira apa aja sih kelebihan dan tantangan yang dihadapi oleh ibu yang bekerja di rumah versi Mbak Puty? Ini dia…

Kelebihan:

Kekurangan:

Namun, percayalah mak, bahwasanya diantara management skill yang paling sulit itu adalah manajemen waktu. Pasalnya, bagi ibu yang bekerja di rumah sering banget nih chaos soal jam kerja. Dan, Mbak Puty punya saran khusus untuk kita agar bisa mengoptimalkan manajemen waktu saat bekerja di rumah dengan baik, yaitu:

Tentukan TUJUAN –> ATUR PRIORITAS –> Buat Perencanaan dan Penjadwalan –> Pantau Progressnya –> Lakukan Evaluasi Atas Hasil yang Dicapai

Sekali lagi, manajemen waktu ini penting banget untuk dibuat oleh tiap ibu. Karena, dengan merencanakan semuanya berdasarkan tujuan utama, maka segalanya akan terasa lebih efektif. Alias enggak membuang banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang enggak penting. Mengingat, secara pribadi kita sudah sadar tentang goals apa aja yang kita tuju dalam pencapaian target kerja kita. Dan, berikut ini merupakan TIPS dari Mbak Puty untuk ibu-ibu di rumah agar lebih optimis kedepannya tanpa perlu khawatir apalagi minder akan kondisi diri, ini diaaa…

OTHER TIPS…

Akhir kata, menciptakan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan itu memanglah perlu. Namun, kenyataannya di balik itu saat menjalankannya amatlah sulit. Dan, perlu kita intropeksi lagi, apakah kita mampu menyeimbangkan segalanya sesuai dengan batas kemampuan kita? Karena, sejatinya keseimbangan itu adalah hal yang sangat dinamis, sehingga dapat berubah sewaktu-waktu. So, kalau kamu sendiri bagaimana? Yuk, sharing. Semoga bermanfaat ya gaes, salam waras!

Dari kiri-kanan: Emak dan Mbak Puty, ketje banget ya. Hihiii…