Site icon Catatan Ludy

Punya Suami yang Introvert Tulen, Begini Rasanya!

introvert

Hola, gaes! Woaahh, enggak nyangka nih udah sebulan lebih lho saya enggak cuap-cuap di blog. Maklum nih, si emak beranak satu ini lagi sok sibuk gitu di dalam rumah, berasa kayaknya tuh kerjaan enggak kelar-kelar. Ada aja ya tiap hari, mulai dari kerjaan domestik sampai kerjaan yang bernilai cuan —ealah situ malah sambat bae disini— dan semua itu dikerjakan di dalam rumah. Beuhhh, inhale exhale dulu lah yaa sebelum lanjut, hohoo.

Credit by giphy.com

Jadi, kali ini saya mau sharing tentang perasaan seorang istri yang bersuamikan pria yang introvert tulen. Duh, please deh, ini sih bukan introvert level standar lagi judulnya, melainkan sudah menduduki level T-U-L-E-N. Walaupun, nulisnya enggak sampai bikin bulu kuduk bergidik apalagi sampai merinding. Cuman, hayati lelah aja gitu lho pengen salurin uneg-uneg yang menurut studi ilmiah, perempuan tuh butuh menyalurkan hingga 20.000 kata per hari agar bisa waras lahir dan batin, eakkkk ngeles lagi kan.

Nah lho, daripada ditahan lalu stress dan berakhir dengan psikosomatik tiada akhir, mending diungkapkan aja, bukan? Intinya, agar lebih plong aja sih.

Baca Juga: Mengenal Kepribadian: Apakah Saya Termasuk Ambivert?

Si Introvert Tulen yang Penyayang

Memasuki tahun ke enam pernikahan, hubungan kami sebagai suami dan istri tentu tak jauh berbeda dengan kehidupan rumah tangga lainnya. Berbagai alur cerita, mulai dari suka maupun duka tak luput mewarnai perjalanan laju kapal kami berdua. Saya sebagai istri tentu paham betul seperti apa watak dan karakter suami saya.

Credit by pexels.com

Dia, sosok lelaki pendiam yang usianya pun tak terpaut jauh dari sang istri dan hanya berselang lima bulan ini rupanya punya cara tersendiri dalam membangun mahligai rumah tangga versinya. Dia pula lelaki berkacamata dengan tatapan netranya yang dingin serta cuek, nyatanya bukan sosok yang careless lho. Malah, sangat bersikap family man, beneran deh trust me!

Kendati, dibalik itu semua ada seorang istri yang mesti berjuang keras untuk terus men-trigger-nya dalam beberapa hal yang dia rasa enggan untuk melakukannya. Dengan kata lain, hal itu bukanlah sesuatu yang ada dalam ‘dunianya’. Meski begitu, tetap saja ada cinta yang terus mengalir dan mendorong keduanya untuk bisa saling membahagiakan satu sama lain. Karena, saya pribadi yakin, bahwa kata CINTA adalah sebuah kata kerja yang harus direalisasikan dalam bentuk action yang nyata pula.

Bukan lagi sekadar BA to the COT, apalagi ngadi-ngadi. Please deh, hari gini masih ada gitu yang percaya sama yang namanya gombal di mulut? Duh, norak banget tau!

Terlepas dari itu semua, suami introvert-ku ini diam-diam ternyata sukses memengaruhi istrinya dalam beberapa hal. Utamanya, dalam hal manajemen keuangan dan gaya hidup. Jeleknya nih, malah saya ikutan jadi wibu kan, hohoo.

Dia yang Pendiam, Aku yang Bertindak

Acapkali, ketika kami berdua dihadapkan pada situasi yang rumit, saat itu pula saya sering ditunjuk menjadi juru bicara untuk mewakili paksu yang cute abis. Bukan tanpa alasan, tapi memang sudah jelas, si suami introvert-ku ini memang enggak bisa luwes saat berbicara dengan orang lain. Mungkin, lebih tepatnya disebut kaku kali ya, macem kanebo kering gitu.

Tapi, apa boleh buat? Bukankah cinta harus dibuktikan dengan tindakan yang benar? Dan, mungkin saja perwujudan rasa cinta saya padanya ini harus dibuktikan dengan membantu doi saat berkomunikasi dengan orang lain. Shortly, melengkapi sesuatu yang menjadi kekurangannya(?) Mengingat, saya tidak ingin memaksanya untuk melakukan sesuatu yang memang tidak dia sukai sebelumnya. Kecuali, dengan catatan dia mau dan ingin belajar, sehingga butuh trigger untuk bisa mendorongnya. Just it!

Berikut ini, adalah beberapa ciri introvert yang umum diketahui dan ada dalam diri suami introvert-ku tersayang, wkwkwk.

Credit by pexels.com
  1. Pendiam dan malas membuka obrolan dengan orang lain
  2. Memiliki ekspresi wajah yang flat dan jarang sekali tersenyum
  3. Sulit beradaptasi ketika berada di lingkungan baru dan membutuhkan waktu yang lama
  4. Perasaannya susah ditebak dan seringkali menyembunyikan masalahnya seorang diri
  5. Lebih senang melakukan segala hal sendirian
  6. Cenderung kaku dan minim kata-kata saat berhadapan dengan orang lain
  7. Tak jarang, sering dinilai sombong, padahal doi emang ‘cetakannya’ begitu dari sananya, wokwokwok
  8. Diam di rumah sembari menikmati dunianya adalah jalan ninjanya, hahaha.

Adapun, dari nomor satu sampai delapan, semuanya lengkap pake banget ada pada suami saya. Sebagai istri tentu saya harus bisa menerimanya satu paket beserta dengan kelebihan yang dia miliki. Boleh marah? Lah, ngapain marah, jodoh itu kan sifatnya menambal sekaligus melengkapi, toh dia juga menerima saya apa adanya, bukan ada apanya haha.

Hanya saja, sebagai istri yang bersuamikan pria introvert tulen ini saya jadi punya banyak PR dalam membimbingnya untuk bersosialisasi. Jujur saja, ritual briefing dan diskusi panjang seringkali kami lakukan, sebelum doi mulai belajar untuk membaur. Namun, apa mau dikata, namanya juga proses, butuh waktu yang cukup lama dan enggak bisa instan begitu saja dalam waktu semalam. Dan tentunya tak ingin memaksa doi juga sih.

Ditambah, ada beberapa poin yang dianggapnya remeh dan enggak penting tapi bagi saya penting, seperti menyapa tetangga dan bahkan sedikit berbasa-basi untuk menanyakan kabar saja nyaris bikin kita berdua debat lho, haha. Padahal, bagi saya pribadi macam manners kayak gitu udah minimal banget lah untuk tipe orang yang jarang keluar rumah kayak saya dan suami, hehe.

Mengingat, lingkungan tempat kita tinggal umumnya diisi oleh orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda alias heterogen. Jadi, wajar banget kalau one day kita bakal menjumpai tipe individu yang mudah men-judge orang lain tanpa mau peduli seperti apa tipe individu dan background-nya. Alhasil, orang yang emang aslinya pendiam ditambah jarang senyum kayak gitu aja bisa di-judge sombong, hiks enggak nyangka ya semudah itu menilai orang. KZL deh.

Punya Suami Introvert, Pahami Baik-Baik 3 Hal Ini!

Credit by pexels.com

Sadar dan paham dengan sifat introvert tulen yang suami miliki sejauh ini, lambat laun saya pun mulai acuh dengan tanggapan orang lain. Anggap saja, tindakan acuh saya ini adalah bentuk penerimaan saya terhadap karakter suami sepenuhnya. Tak ingin lagi menuntutnya untuk bertindak ini dan itu, toh sama-sama sudah dewasa. Ngapain juga sibuk-sibuk mencari penilaian orang agar dinilai baik, justru yang ada hanya akan membebani mental kita secara sadar. Lelah!

Well, berikut ini adalah tiga hal yang mesti para istri pahami baik-baik saat menghadapi suami yang introvert, check this out!

Jangan memaksa, apalagi hingga menuntutnya untuk berubah

Merubah seseorang ke arah yang lebih baik tentu saja boleh. Namun, jika hal ini sampai melemahkan kondisi jiwanya jelas salah besar. Jangan hanya karena keinginan dan egoisme kita sebagai istri justru hanya akan merusak ciri khas yang menjadi karakternya. Biarkanlah waktu yang akan merubah semuanya beserta doa yang terus dipanjatkan. Jadi intinya, kalem aja ya buk, selagi masih baik-baik aja hehe.

To the point dan sampaikan dengan bahasa yang santai

Pengalaman saya sejauh ini dalam menghadapi suami yang introvert tulen simpelnya sih susah-susah gampang. Apalagi, kalau sudah menyangkut karakter utama laki-laki, umumnya kaum adam ini suka cara komunikasi yang praktis, enggak ribet, dan minim DRAMA. Jadi, saat saya discuss sama paksu, yaudah to the point aja langsung ke masalahnya tanpa perlu menceritakannya secara bertele-tele. Secara, doi juga memang enggak suka hal yang rumit kek benang kusut.

Dan ingat, enggak perlu pake nge-GAS yes, karena percuma juga bakal buang-buang energi sama si Mr. Flat ini, wkwk. Seriously, yang ada malah kitanya lho yang akan emosional dan jadi meledak-ledak kalau enggak santai. So, slow down aja yuk!

Berikan waktu khusus untuk menikmati dunianya

Berhubung si introvert tulen ini dikenal luas sebagai penikmat sepi dan dari sana juga dia akan mendapat banyak limpahan energi, maka biarkan saja dia sejenak menikmati waktunya seorang diri. Pasalnya, suami istri tentu harus saling memahami dan menyadari kebutuhan pasangannya masing-masing, bukan lagi sekadar menuntut keadilan dalam menjalankan peran dalam keluarga.

Selagi masih dalam batas kewajaran, tidak ada salahnya bukan untuk MAU mengerti dan menerima? Jadi, pelajari lagi seni berkomunikasi yang tepat dengan pasangan, agar obrolan berjalan lebih efektif dan waktu pun tak terbuang sia-sia. Fix, ini sih reminder banget lho buat saya, haha.

Well, apakah diantara kalian ada yang senasib dengan saya? Yuk, sharing disini sambil kasih tips tipis-tipis agar kedepannya kita semua bisa lebih legowo menghadapi pasangan yang zuperrr ini, wkwkkw.

Semoga bermanfaat yaa teman-teman, SALAM WARAS!

Ludy