Site icon Catatan Ludy

Belajar dari Febriansa: Menjaga Hutan, Menghidupkan Wisata Berkelanjutan di Belitung Timur

Batu Begalang, Desa Wisata Kelubi

Destinasi wisata Belitung Timur

Hutan bukan sekadar hamparan pepohonan yang hijau. Bagi Febriansa, pemuda asal Belitung Timur, hutan adalah rumah besar yang menyimpan kehidupan. Di balik rimbunnya daun dan semilir angin laut, ada cerita perjuangan seorang anak muda yang ingin menjaga warisan alam agar tetap lestari, sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Awalnya, aktivitas Febriansa bersama teman-teman di desa hanyalah tongkrongan biasa. Mereka sering berkumpul di tepian hutan, mengobrol tentang hal-hal ringan, sambil menikmati suasana teduh yang menenangkan. Tapi seiring waktu, obrolan itu berubah menjadi keresahan.

Ia melihat bagaimana sebagian warga mulai melupakan pentingnya menjaga hutan, bahkan ada yang mulai memanfaatkannya tanpa memikirkan kelestarian jangka panjang. Dari situlah niat itu tumbuh dengan menjadikan hutan bukan sekadar tempat singgah, tapi sumber inspirasi dan kehidupan.

Dari Keresahan Menjadi Gerakan

Febriansa, Penggagas Konservasi Hutan Lindung di Belitung Timur (credit by Belitongekspres.bacakoran.co)

Febriansa tak ingin hanya diam. Ia mulai mencari cara bagaimana hutan bisa tetap terlindungi, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat. Bersama beberapa pemuda desa, ia menginisiasi kegiatan yang kemudian dikenal dengan “Pemanfaatan Hutan Lindung sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Belitung Timur.” Tujuannya sederhana namun kuat: menjaga hutan, sambil membuka peluang ekonomi bagi warga sekitar melalui wisata alam yang berkelanjutan.

Mereka membersihkan area sekitar, menata jalur jalan, dan memperkenalkan potensi keindahan hutan kepada pengunjung. Dari langkah kecil itu, perlahan muncul kesadaran baru bahwa menjaga alam bukan berarti menutup diri dari perubahan, tapi mencari keseimbangan antara kelestarian dan manfaat.

Hutan yang Hidup dari Kesadaran

Geosite Batu Begalang, Desa Wisata Kelubi (credit by babel.jadesta.com)

Geosite Batu Begalang, Desa Wisata Kelubi. Kawasan yang dulu sepi itu kini mulai dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam di Belitung Timur. Wisatawan bisa menikmati udara segar, menjelajah jalur alami, dan melihat langsung bagaimana ekosistem hutan tetap terjaga. Namun, bagi Febriansa, yang terpenting bukanlah jumlah pengunjung, melainkan kesadaran masyarakat lokal. Ia ingin warganya merasa memiliki, dan ikut menjaga hutan seperti menjaga halaman rumah sendiri.

Lewat kegiatan edukasi kecil, Febriansa kerap mengajak anak-anak sekolah untuk mengenal pepohonan dan hewan yang hidup di sekitar hutan. Ia juga menggandeng komunitas untuk membuat pelatihan sederhana. Mulai dari membuat pupuk organik, hingga cara mengelola sampah agar tidak mencemari lingkungan wisata.

Lewat usahanya tersebut, Febriansa bersama anggota komunitas yang diketuainya, yakni Kelompok Pemuda Pecinta Alam Desa Kelubi (Keppak), berhasil meraih penghargaan untuk kategori Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm). Penghargaan itu langsung diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya kepada Febriansa kala itu.

“Kalau kita ingin alam terus memberi, kita juga harus belajar memberi kembali,” ujarnya dalam salah satu sesi diskusi lingkungan. Kalimat sederhana itu mencerminkan pandangannya tentang hubungan manusia dan alam untuk senantiasa saling jaga, saling hidup.

Inspirasi dari Tanah Sendiri

Febriansa Menerima Penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2023 lalu (credit by antaranews.com)

Kisah Febriansa kemudian menarik perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah daerah dan lembaga lingkungan. Dari sebuah tongkrongan sederhana, ia kini menjadi inspirasi nasional lewat perjuangannya menjaga hutan. Tapi di balik penghargaan yang ia terima, Febriansa tetap rendah hati. Ia selalu menegaskan bahwa semua ini bukan tentang dirinya, melainkan tentang semangat gotong royong yang lahir dari tanah sendiri.

Yang menarik, ia tidak mengubah hutan menjadi tempat wisata modern dengan fasilitas megah. Justru, ia ingin mempertahankan keaslian dan kesejukan alami yang membuat pengunjung merasa dekat dengan alam. Ia percaya, daya tarik sejati dari sebuah hutan bukan pada bangunannya, tapi pada keheningan dan keseimbangannya.

Harapan untuk Generasi Berikutnya

Bagi Febriansa, menjaga hutan bukan tugas yang selesai dalam satu proyek. Ia berharap, generasi muda di Belitung Timur dan di mana pun berada, bisa ikut memandang hutan sebagai bagian dari masa depan, bukan masa lalu. Ia percaya, semakin banyak anak muda yang mau turun tangan, semakin besar pula peluang bumi ini bertahan.

Kini, setiap kali ada wisatawan yang datang dan mengucap kagum melihat hijaunya pepohonan, ada rasa syukur tersendiri di hatinya. Ia tahu, perjuangannya belum selesai, tapi langkah kecil itu sudah cukup untuk menyalakan harapan.

Lebih dari sekadar destinasi wisata, kawasan Geosite Batu Begalang ini kini menjadi ruang belajar bersama. Para Pengunjung bisa melihat langsung bagaimana alam dan manusia bisa hidup berdampingan tanpa saling merusak. Dari akar pohon yang kuat, Febriansa belajar arti keteguhan. Dari semilir angin, ia belajar untuk terus mengalir tanpa kehilangan arah.

Nyatanya menjaga hutan bukan hanya tentang melindungi alam, tapi juga menjaga hubungan manusia dengan kehidupan. Lewat semangat Febriansa pula, kita diingatkan bahwa perubahan besar sering kali berawal dari hal sederhana. Bisa dimulai dari tongkrongan di tepi hutan, dari niat baik seorang anak muda, dan dari cinta yang tulus pada tanah sendiri. Semoga bermanfaat untuk teman-teman pembaca sekalian, SALAM WARAS!

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia

Ludy