“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS. An Nur: 26)”
Menikah merupakan proses bertemunya dua insan manusia yang berbeda jenis untuk saling melengkapi dan memberikan kenyamanan satu sama lain. Di samping itu, tentunya juga bertujuan untuk menyalurkan hasrat kasih sayang serta menghasilkan keturunan.
Namun sejatinya, jika kita mencermati penggalan ayat di atas, hendaknya kita dapat menyadari dengan baik bahwa sesungguhnya, menikah adalah suatu bentuk ibadah yang harus diikhtiarkan dan mengawalinya dengan cara yang baik. Lantas, seperti apa cara yang baik menurut perintah Allah SWT dari penggalan surat An Nur tersebut dalam mengawali proses ikhtiar untuk menikah? Jawabannya pun cukup sederhana yakni, memantaskan diri dengan sebaik-baiknya niat.
Pernikahan itu sendiri bukanlah perkara yang mudah, dibutuhkan ilmu yang lebih untuk mengantarkannya sebagai suatu ibadah yang dapat melahirkan keberkahan yang melimpah. Sehingga, aspek memantaskan diri dengan sebaik-baiknya niat merupakan kunci penting yang dapat menghantarkan kita ke pintu Surga-Nya.
Lalu, seperti apa hakikatnya memantaskan diri dengan sebaik-baiknya niat?
Hal pertama, menanyakan pada diri sendiri. Apakah kita memang sudah wajib saatnya untuk menikah ataukah malah haram hukumnya. Jika kita sudah benar-benar yakin memantapkan hati. Maka, ucaplah Bismillah sebagai permulaan yang baik untuk sesuatu yang baik.
Dan, disertai pula dengan niat yang lurus semata mata untuk meraih ridha Allah. Karena, ketika Allah ridho maka segala hal yang kita hajatkan atas ijinNya akan berjalan lancar dan mudah untuk dilaksanakan.
Kedua, ini yang paling penting, yaitu memantaskan diri. Dalam proses ini hendaknya kamu harus sudah betul-betul mengetahui kriteria pasangan seperti apa yang dapat membersamai kamu dalam kebaikan.
Mengingat, di antara empat perkara yang Rasulullah SAW sabdakan, aspek agama merupakan perkara penting yang wajib diutamakan dalam memilih pasangan. Maka, tidak heran jika maksud dari kandungan Al Quran Surat An Nur ayat 26 ini merupakan suatu perintah yang Allah SWT turunkan untuk mengondisikan diri pribadi menjadi baik untuk sesuatu yang baik-baik. Karena pada dasarnya tiap orang menyukai segala hal yang baik.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
Ketiga, isilah proses memantaskan diri tersebut dengan ilmu-ilmu yang dapat menghantarkan kita untuk menuju pintu pernikahan, seperti ilmu agama, komunikasi suami istri, pengelolaan keuangan, kesehatan dan mendidik anak. Namun, hal yang paling penting untuk dimaksimalkan adalah membina kedekatan antara hubungan kita dengan Sang Pemilik Hati, yaitu Allah SWT.
Karena dari sanalah segala sumber kebaikan akan Allah datangkan untuk kita. Dan, melalui kedekatan dengan Allah itulah maka akan tercipta kesiapan ruhiyah yang dapat mendorong kesiapan mental kita untuk menikah.
Lalu, jika sudah siap maka berikhtiarlah melalui proses ta’aruf. Baik itu melalui guru ngaji atau perantara yang dapat dipercaya seperti teman dekat ataupun saudara.
Dari semua hal itu kita harus meyakini, bahwa memantaskan diri yang tepat adalah meluruskan niat ibadah kita seutuhnya hanya untuk Allah SWT, bukan untuk mencari pengharapan dari makhluk-Nya.
Percayalah, rencanaNya jauh lebih indah daripada apa yg kita bayangkan. Terlebih, keniscayaan suatu keberkahan datang dari bagaimana cara kita menjemput keberkahan itu dengan cara yg Allah SWT sukai. Bukan, berdasarkan kehendak nafsu kita sesaat. Maka jadikanlah diri kita layaknya seperti Khadijah dan Muhammad SAW serta seperti indahnya mencintai dalam diamnya yang taat layaknya Ali dan Fathimah. Bismillah.
ahahaha, ini mah pengalaman pribadi yaaa :p