Medio 2012 lalu, publik dihebohkan dengan kemunculan perdana mobil Esemka yang dirancang secara khusus oleh beberapa pelajar dan guru tingkat sekolah menengah kejuruan di Solo, Jawa Tengah. Hal ini sangat menggelitik, pasalnya untuk merancang dan mendesain sebuah mobil orisinil dibutuhkan waktu yang cukup lama. Serta, ditambah pula dengan tingkat kesulitan yang cukup rumit. Mungkin, menurut sejumlah orang yang memahami betul dunia otomatif, terdengar sangat ajaib. Namun, nyatanya rasionalisme itu pupus dengan adanya euforia masyarakat yang begitu antusias terhadap kemunculan mobil Esemka ini.
Sejumlah pengamat menilai, hadirnya mobil Esemka ini tidak lain hanyalah sebagai alat politik. Mengingat, 6 tahun yang lalu kita diperlihatkan gambaran Walikota Solo Joko Widodo saat itu menggunakan mobil Esemka sebagai mobil dinas. Namun, nyatanya setelah 6 tahun berlalu, apakah Esemka masih diandalkan sebagai mobil dinas? Sayangnya, hingga kini euforia tersebut tiba-tiba redup, tidak digaungkan lagi seperti 2012 lalu.
Tahun 2019 mendatang merupakan tahun terpanas di pentas politik Indonesia yang nyatanya memberikan sedikit ruang bagi Esemka untuk kembali hadir mewarnai jagat politik di 2018 ini. Isu produksi Esemka ini pun kembali mencuat di permukaan. Namun sayang, setelah diinvestigasi oleh beberapa media rupanya hal itu hanyalah isapan jempol belaka. Lantaran, saat investigasi dilakukan ke lokasi yang disebut-sebut sebagai pabrik produksi Esemka ini tidak tampak sama sekali aktivitas pekerja layaknya pabrik umumnya. Adapun, yang ditemukan hanyalah sejumlah mobil yang berjejer rapi dengan merek pabrikan China.
Hal ini pun kembali mengingatkan publik dengan mobil Esemka yang muncul 2012 lalu. Dimana, terdapat kemiripan desain dengan mobil merek pabrikan China yang banyak beredar di sosial media. Otomatis, publik pun mengira bahwa temuan pabrik mobil tersebut akan “disulap” menjadi mobil Esemka “keluaran terbaru”. Melihat hal tersebut, publik pun mulai curiga dengan keanehan ini.
Akibatnya, hingga saat ini isu terkait peluncuran dan produksi Esemka secara besar-besaran terbilang “gagal”. Lantas, siapakah pihak yang mendalangi hadirnya isu Esemka tersebut? Apakah ada motif khusus dari diciptakannya mobil Esemka ini? Mungkin, sejumlah publik mulai menyadari hal ini, bahwa mimpi untuk mewujudkan mobil nasional tidaklah semudah “membeli mobil dan mengganti mereknya” begitu saja. Terdengar agak ironis memang, namun kenyataannya memang seperti itu adanya.