Site icon Catatan Ludy

Pengalaman Berburu Rumah Ala Emak

Setelah hampir 2 tahun lebih hidup berNOMADEN RIA pasca menikah, alhamdulillah akhirnya Allah memampukan saya dan suami untuk bisa membeli sebuah rumah di bilangan Bekasi Timur. Miris memang, banget malah! Bagaimana tidak? Berbagai lika-liku dan pengalaman pahit pun telah kami berdua alami. Mulai dari ditipu developer, duit belum balik sampe sekarang, dan survey rumah sana-sini tiap weekend mulai dari Jakarta, Bekasi, Depok sampe ke BOGOR. Wagelaseh, kurang niat gimana cobaaak? Bahkan, alhamdulillahnya kini meski sudah bisa membeli sebuah rumah, namun tetap saja rasa trauma itu masih ada.

Pastinya, wajar lah yaa, secaraaa… manusia tempatnya khilaf dan berbuat dosa. By the way, sebelum lanjut, emak mau disclaimer dulu, adapun maksud dari tujuan penulisan blog ini enggak bermaksud untuk menjelek-jelekkan golongan ataupun pihak tertentu. Karena, selebihnya, emak pribadi khususnya hanya ingin mengajak teman-teman semua untuk bisa lebih berhati-hati sebagai milenials untuk cermat dan teliti dalam membeli hunian. Karena, siapapun itu pastinya enggak pengen dong yang namanya ngalamin ditipu, bahkan nominalnya pun sampe ratusan juta. Serius, aseliii nyesek lahir batin, Mak.

Memilih Syariah Sebagai Pilihan Utama

Tiap pasangan suami istri, tentunya punya kesepakatan masing-masing dalam merencanakan kepemilikan aset dan pengelolaan keuangan. Baik itu, secara konvensional ataupun sistem syariah. Emak sendiri dan suami, dari sebelum menikah sudah sepakat dan satu visi misi insya Allah untuk menjadikan sistem syariah sebagai pilihan utama khususnya dalam hal kepemilikan aset dan keuangan. Kendati demikian, hingga saat ini pun kami masih terus belajar dalam memilah dan lebih berhati-hati lagi dalam hal ini, semata-mata agar nilai keberkahanlah yang selalu menjadi acuannya. Namun pada kenyataannya, justru niat dari orang-orang “awam” seperti kami lah yang kemudian disalahgunakan oleh sejumlah oknum yang memanfaatkan situasi khawatir akan #ngeRIBAnget seperti ini.

Oh iya, emak sebenarnya enggak mau curcol panjang lebar soal ini. Karena, emak sendiri “masih” yakin banget bahwa enggak semua developer perumahan dengan embel-embel syariah akan melakukan penipuan seperti itu juga. Cuman, mirisnya “oknum” ini nyatanya hingga kini masih eksis dong di KOMUNITAS DAGANG SYARIAH BESAR TERNAMA dengan tampilan jenggotnya dan aura “ikhwan”nya yang dia jual untuk menyasar banyak korban. Setidaknya, hingga saat ini kami bersama dengan customer lainnya sudah menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah ini. Semoga, kasus penipuan ini bisa segera beres dan yang paling penting #2019DUITBALIK (AAMIIN, paling kenceeeng), hehehee.

MEI 2018

Setelah sadar bahwa kami telah ditipu oleh Developer abal-abal syariah itu. Kami pun tetap terus berikhtiar dan melanjutkan pencarian untuk bisa memiliki sebuah hunian tanpa harus melalui jalan KPR ataupun KTA bla bla bla di Bank Konvensioanal ataupun Syariah. Entah, rasanya saat itu OPTIMIS banget, modalnya yakin aja sama Allah. Bahwasanya, ketika Allah menghadirkan sebuah masalah pasti udah satu paket dengan solusinya. Udah, yakin gitu aja. Enggak tahu caranya gimana, bakal kebeli apa enggak itu rumah dengan sisa uang di rekening tabungan yang nominalnya bisa dibilang enggak terlalu banyak.

Sempat beberapa kali tarik ulur dan deal-dealan dengan sejumlah developer yang lagi-lagi syariah. Kendati demikian, saat itu rasa trauma masih menggelayut di hati kami bagaikan awan mendung yang tak kunjung cerah. Namun, pada akhirnya lagi-lagi berujung dengan enggak jadinya kami ngambil rumah di developer tersebut. Dan, alhamdulillahnya lagi mereka amanah dan bersedia mengembalikan uang kami. Setelah itu, kami terus melanjutkan pencarian dengan berbagai cara baik itu via sosial media, kenalan ortu, bahkan teman sejawat. Hampir semuanya sudah kami tanyai satu persatu via WhatsApp dan panggilan langsung kala itu.

Hingga, suatu hari di pertengahan Mei 2018, saya menemukan postingan sebuah foto rumah di akun IG milik salah seorang ikhwan (Insya Allah, shalih) yang berprofesi sebagai agen marketing perumahan syariah. Hal yang membuat saya tertarik saat itu dialah caption yang beliau tulis di postingannya, yaitu rumah siap huni (bukan indent), pembayaran bisa dicicil dan tanpa melalui perantara bank. Masya Allah, bagaikan menemukan setetes air di tengah gersangnya gurun pasir. Setelah mendiskusikan hal itu dengan suami, saya pun segera menghubungi agen marketing tersebut guna memastikannya.

Allah Sebaik-baiknya Penolong…

"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. 
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

(QS. Al Baqarah: 216)

Beberapa hari kemudian, setelah menghubungi agen tersebut kami pun memutuskan untuk melakukan survey, dimana sebelumnya kami sudah membuat janji terlebih dahulu dengan si pemilik rumah. Meski, rasa trauma akan ketakutan itu masih ada, kali ini emak dan suami berusaha untuk berhusnudzon sebagai langkah ikhtiar kami dalam memiliki hunian. Karena, sejatinya kami hanyalah makhluk lemah yang tidak tahu-menahu perihal takdir baik dan takdir buruk yang telah Allah gariskan. Sehingga, sikap untuk berhati-hati dan berhusnudzon lah sebagai perisainya.

Lalu, hari untuk survey pun tiba. Adapun, jarak yang ditempuh dari lokasi kontrakan kami ke rumah tersebut berkisar 17 km dengan memakan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam lantaran baru pertama kali dan tidak tahu pasti lokasinya. Akhirnya, kami pun tiba di sebuah rumah yang terletak di dalam komplek perumahan Bekasi Timur tersebut dan sontak pula seketika kami dibuatnya tertegun. Pasalnya, informasi yang disampaikan oleh si agen tersebut memang benar adanya alias bukan HOAX belaka.

Kemudian, kami pun bertemu dengan sang pemilik rumah. Tampak dari air mukanya tersirat ketaatan dan keshalihan yang insya Allah bukan dibuat-buat. Setelah itu, kami berdua diajak beliau untuk melihat-lihat isi dari dalam rumah miliknya itu . Serta tak lupa, sebelumnya telah meminta beliau untuk memperlihatkan kepada kami perihal dokumen-dokumen yang menjelaskan keabsahan dan legalitas dari kepemilikan bangunan rumah ini. Melihat gambaran tersebut, otomatis semakin memberikan nilai plus dari kami berdua untuk mantap membeli rumahnya. Dan, setelah beberapa hari kemudian, akhirnya kami pun memutuskan untuk membeli rumah tersebut, tentunya setelah beberapa kali melakuka nego harga beserta sistem pembayaran yang alhamdulillah telah disepakati bersama. Bismillah, semoga berkah.

Sejak saat itu, semakin bertambah pulalah keyakinan kami kepada Allah. Bahwasanya, Allah tidak memberikan apa yang kita inginkah karena sejatinya Allah sebagai pencipta kita lebih tahu mana yang kita butuhkan atas diri ini. Dari case ini pula, saya menyimpulkan bahwa hal yang menjadi tujuan utama saya dan suami sejak awal menikah tak lain merupakan “kebutuhan dasar” kami, yakni meraih keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, nilai “kebutuhan dasar” itulah yang tengah Allah jaga untuk kami agar bisa lebih jeli lagi dalam melihat mana yang disebut “ingin” dan mana yang hakikatnya memang saya “butuh” untuk itu. Dan, dari ujian dan nikmat yang diberikanNya ini lah, saya pun makin tersadar bahwa Allah lah sebaik-baiknya penolong dengan segala kemudahan yang telah diberikannya. Masya Allah, Tabarakallah.

TIPS BERBURU RUMAH ALA EMAK

Nah, setelah mode on serius sejak tadi, emak mau berbagi sedikit tips berburu rumah versi emak sendiri hehehe. Dengan catatan, dalam hal ini emak tidak menggunakan KPR ataupun KTA bank, baik itu konvensional ataupun syariah. Sebagai fakir ilmu, emak pun masih belajar dan pemahaman ilmunya masih sangat terbatas. Jadi, tolong jangan nyinyir ya gaes, hehe. So, check this out…

  1. Kuatkan niat dan azzam, yakin sebenar-benarnya pada Allah bahwa kita bisa memiliki rumah tanpa melalui KPR Bank and bla bla blaa… Murni, karena rahmat dan rejeki dari Allah semata
  2. Ikhtiar cari perumahan dengan “sistem syariah” yang sebenarnya, yakni: jelas ada barangnya bukan gharar, jelas akadnya JUAL-BELI (bukan sewa-pinjam, hutang piutang dll), tidak ada denda jika telat dalam pembayarannya, saling memudahkan antara penjual dan pembeli, dan berikutnya (mohon maklum, keterbatasan penulis)
  3. Jangan hanya sekadar survey, perhatikan lagi lebih detail. Pastikan dengan meminta si penjual untuk memperlihatkan dokumen-dokumen penting terkait legalitas kepemilikan lahan atau rumah agar lebih jelas.
  4. Jika bangunan rumah yang ingin dibeli berupa indent, pastikan dengan tegas jangka waktu pembangunannya. Usahakan jangan terlalu lama. Karena, kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya gharar. Please, hati-hati ya gaes.
  5. Biar lebih safety, baiknya coba untuk membeli rumah yang memang sudah ready alias siap huni. Disamping lebih aman, juga enggak perlu khawatir lagi soal kepastian kabar “kapan rumahnya jadi?” hehee.
  6. Jika diperlukan, coba klarifikasi lagi ke orang-orang yang tinggal di sekitar rumah/lahan yang ingin kita beli. Khususnya, terkait status kepemilikan. Contoh: Status lahan sudah dibeli atau masih milik orang lain, namun mengaku pada calon pembeli bahwa lahan sudah dikuasai developer 100%. Jelas, itu namanya gharar atau tipuan.
  7. Dan, yang paling penting adalah cari tahu secara detail track record si developer atau penjual rumah tersebut, jangan sampe nama doang yang judulnya syariah. And then, ujung-ujungnya malah penipu. Na’udzubillah ya Mak!

Well, emak cukupkan dulu yess sharingnya segini dulu. Adapun, yang baik monggo diambil dan kalau yang buruk mohon segera dibuang. Catatan ini enggak lebih untuk mengajak teman-teman emak sekalian untuk bisa lebih aware khususnya dalam mencari hunian. Meski, dalam hal ini terselip embel-embel syariah. Pokoknya, emak enggak ingin menjelek-jelekkan kelompok tertentu, mengingat sampai saat ini emak masih yakin dan percaya bahwa masih ada kok developer syariah yang insya Allah amanah. Barakallahu fiikum. Salam waras!