Site icon Catatan Ludy

Resolusi 2020(?) dan Seutas Impian Ke Jepang

Enggak kerasa, bulan Januari 2020 telah berakhir. Sambil menyapa awal bulan Februari dengan manis, boleh dong saya sedikit berbagi tentang resolusi 2020 versi saya, meski bukan resolusi yang baru-baru amat. Lebih tepatnya, melakukan perbaikan (revisi) dan upaya dalam mencapai target yang belum saya raih di tahun 2019 kemarin. Dan, tiga poin utamanya adalah, RAJIN, GREGET dan GERCEP (halah, sama aja sih!), wkwkwk.

Credit by pexels.com

Tiga poin ini, saya menyebutnya sebagai langkah upaya awal untuk mentrigger diri saya agar lebih semangat dalam mengupayakan terwujudnya resolusi sebelumnya di tahun 2020 ini. Jujur, resolusi saya tahun ini enggak muluk-muluk kok, pengennya sih let it flow aja. Enggak membabi buta hingga kemudian menjadi ambisius dengan menghalalkan segala cara, bahkan sampai melalaikan anak dan suami. Sungguh, inginku tidak seperti itu, Marimar!

Cuman, pengen lebih rileks dan ikhlas untuk nrimo segala keadaan dan belajar MASA BODO, hahahaa. Tepatnya, lebih menikmati hidup aja sih tanpa diburu target berlebih, yang mungkin bisa jadi saya banyak berharap didalamnya. Alias, lebih realistis. Tapi saya selalu yakin, banyaknya effort yang kita keluarkan, tentu akan berbanding lurus dengan hasil yang akan kita raih.

Lantas, resolusi 2020 apa saja sih yang ingin saya wujudkan di tahun ini? Kendati, bukan resolusi baru, namun saya cukup merasa optimis untuk bisa mewujudkannya tahun ini, hahaa (PEDE parah sih). Intinya, sengaja ingin saya tuliskan agar bisa menjadi reminder sekaligus memperjelas life goals saya tahun ini, Duh, emang deh mamak yang satu ini kudu diingetin terus, hahaa.

Resolusi 2020: Tentang Sikap, Kebiasaan dan Cara Berpikir

Credit by pexels.com

Sesuai dengan subjudul di atas, seperti itulah gambaran singkat saya mengenai resolusi tahun ini. Belajar untuk memperbaiki sikap, kebiasaan dan cara berpikir. Karena, bisa jadi selama ini saya sangat egois (emang!) dan cenderung emosional saat menghadapi hal-hal yang tidak saya sukai. Belum lagi, sikap childish yang masih menempel hingga saat ini.

Beuh, rasanya banyak banget PR yang mesti saya bereskan dan tuntaskan dalam diri saya pribadi. Padahal, dewasa ini setidaknya saya harus sudah bisa berdamai dengan masa lalu dan tidak lagi terbelenggu dengan inner child.

Tapi, faktanya sendiri? Yasudahlah!

Belajar untuk terus berpikir positif tanpa harus meracuni diri

Satu titik yang hingga saat ini menjadi ujian terberat bagi diri saya. Pastinya, setiap orang menyukai segala hal yang baik, bukan? Begitupun juga saya, ketika seseorang memperlakukan saya dengan baik, maka saya pun merasa wajib untuk bersikap baik pula. Bukan sebaliknya. Namun, ada satu hal, dimana saya belum bisa ikhlas menerima, apabila ada seseorang yang justru memperlakukan saya dengan tidak baik sebagai balasan kebaikan yang saya lakukan terhadapnya. Baik itu, diabaikan atau diperlakukan semena-mena.

Shortly, saya gak terima diperlakukan seperti itu.

Namun, kembali lagi. Dalam konteks ini, saya mesti sadar diri, bahwa enggak semua orang bisa memberikan feed back positif seperti yang kita harapkan. Bisa jadi, emang karena ekspektasi saya yang berlebihan terhadap orang itu, padahal mah orang itu menganggap saya biasa-biasa aja, hahaha lucu ya? Mungkin, enggak penting kali ya, hanya sekadar “teman lewat” aja (JLEB!). Dan berakhir dengan feeling guilty yang cukup menyesakkan dada, huhuhu.

Dari sini, saya belajar bahwa positive thinking dan toxic positivity memang jelas banget bedanya. Dalam hal ini, positive thinking jelas dilakukan dengan penerimaan yang sebenar-benarnya, bukan dalam tekanan atau dibuat-buat. Dan, sebaliknya dengan toxic positivity ini sendiri yang nyatanya berupa “pemaksaan” diri untuk berpikir positif saat diri sedang tidak stabil secara mental dan emosional.

Lantas, dari dua aspek ini saya sadar, bahwa saya harus belajar untuk menerima perasaan negatif. Kalau marah, sedih or stress ya jujur, jangan sok kuat terus bilang semuanya baik-baik aja. DON’T! Karena, hal ini hanya akan meracuni diri saya, simpelnya speak up aja sih dan lampiaskan dengan cara yang tepat. Lalu, memahami lagi bahwa ikhlas itu gak perlu ngarep, done!

Lebih banyak membaca dan menulis

Di tahun 2020 ini, saya ingin sekali bisa meluangkan banyak waktu untuk membaca buku sebanyak-banyaknya. Karena, hal yang membuat saya stuck saat menulis salah duanya adalah miskin diksi dan minim wawasan. Beuh, jelek banget kan?

Credit by pexels.com

Alhamdulillahnya nih, awal Januari kemarin saya berhasil lho menuntaskan 3 buku sekaligus dalam waktu 1 bulan. Hal ini merupakan salah satu prestasi terbesar bagi diri saya yang aslinya mageran buat beresin bacaan, haha. Dan, makin kesini saya setuju banget bahwa buku adalah teman duduk terbaik setiap waktu.

Enggak percaya? Cobain aja sendiri!

Memperbaiki manajemen waktu dan ‘cuan’

Credit by pexels.com

Ini nih, salah satu PR (lagi) yang rasa-rasanya belum tuntas juga dari tahun ke tahun. Maklum lah ya, namanya juga manusia, pasti proses belajarnya seumur hidur, termasuk juga untuk dua hal ini. Terlebih, bagi ibu pekerja dari rumah seperti saya, yang suka sok sibuk dan sering riweuh sendiri karena banyak kerjaan yang belum beres.

Mengingat, jam kerja freelancer tentu beda banget dengan office hours yang 9to5. Termasuk pula, saat mengolah income yang diperoleh. Intinya, kudu pinter-pinterlah manage semuanya. Karena jika tidak, siap-siap aja stress sendiri, hahaa. (INGET YA, LUD!)

Seutas impian ke Jepang

Credit by pexels.com

Salah satu mimpi yang ingin saya realisasikan tahun ini, meski kenyataannya harus saya tunda dulu hingga waktu yang tidak ditentukan. Merebaknya virus korona di awal tahun 2020 ini, menjadi salah satu faktor yang membuat saya mundur teratur dan mengurungkan niat untuk mengunjungi Negeri Sakura ini. Singkat kata, sebaiknya enggak keluar negeri dulu untuk saat ini (nasihat paksu).

Padahal, udah jauh-jauh hari nyiapin budget sampe rela enggak jajan skincare dan outfit demi buat nabung ke Jepang dong, huhu. Namun apa daya, Allah lebih tahu yang terbaik buat hambanya. Keep santuy dan optimis pastinya, yakin dulu aja kali akhir tahun ada kesempatan bagi saya untuk mengunjungi Negeri Matahari Terbit ini. Aamiin. — Efek keracunan dorama Jepang, jadinya mupeng abis sama destinasi disana. Khususnya di wilayah Osaka, Tokyo dan Kyoto, huhuhu —

SABAR.

So, gimana nih dengan resolusi 2020 versi kamu? Sharing yuk, semoga bermanfaat ya curcolan saya kali ini. SALAM WARAS!

Ludy