Site icon Catatan Ludy

Pentingnya Manajemen Emosi Bagi Seorang Ibu

manajemen-emosi

BAPER dan super sensitif, dua kata itulah yang menunjukkan betapa buruknya karakter saya sebagai seorang ibu. Tapi, bukan itu saja, melainkan dalam keseharian saya sehari-hari. Rasanya sulit sekali membahagiakan diri untuk sejenak saja bisa masa bodo terhadap hal-hal yang basicnya sepele.

Mungkin bagi mereka, yang kematangan mentalnya cukup baik, tentu tidak akan cemas apalagi sampai diambil pusing, ya sudah slow aja. Enggak perlu untuk dipikirkan berhari-hari. Tapi sayang, hal itu rasanya tidak berlaku bagi saya yang cengeng ini.

Kendati demikian, sudah hampir tiga tahun ini perlahan saya mencoba untuk memaafkan diri dan berdamai dengan inner child saya di masa lalu. Meski, jujur saja, masih terasa sulit dilupakan. Karena pada kenyataannya dampak inner child itu sendiri masih membekas, bahkan memberikan dampak yang nyata terhadap pola pengasuhan saya terhadap Khadijah.

Sisa-sisa inner child itu masih tersirat nyata pada alam bawah sadar saya. Dimana, saya bisa marah-marah hingga mengeluarkan emosi berlebih ketika menghadapi Khadijah yang tengah melakukan kecerobohan khas anak-anak seusianya.

Tak dapat dipungkiri, bentakan dan kata-kata yang menyakitkan pun secara sadar suka saya lontarkan untuk meluapkan emosi saya yang rasanya sangat menyesakkan dada kala diingat dan kemudian berbuah penyesalan yang tiada habisnya.

Beribu-ribu maaf pun saya tuturkan pada Khadijah tiap kali saya lost control saat menegurnya. Jujur, ketika menuliskan hal ini pun, rasanya dada masih begitu perih untuk mengingat kebodohan saya yang sulit mengendalikan emosi. Lantas, seberapa penting sih manajemen emosi bagi seorang ibu? Yuk, lanjut!

Mengapa Orang Tua Perlu Punya Manajemen Emosi yang Baik?

Credit by pexels.com

Seolah menjawab pertanyaan di atas, webinar yang saya ikuti tempo hari rupanya cukup mencerahkan sekaligus menyadarkan saya sebagai seorang ibu. Menurut seorang psikolog yang mengisi webinar pada kesempatan itu dengan tegas menyatakan bahwa manajemen emosi yang baik bagi orang tua SANGAT PENTING.

Namun, hal ini tak luput dari beberapa aspek pendukung yang mesti diperhatikan. Saya yang sangat antusias kala itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini begitu saja dengan menyimak tiap kata-kata beliau dengan seksama.

Dalam penuturannya, beliau menjelaskan bahwa pengasuhan dan pengalaman sewaktu kecil, akan mempengaruhi emosi kita sebagai orang dewasa dan orang tua. Pentingnya manajemen emosi yang baik ini agar emosi tetap dalam kendali kita.

Terlebih, pengaruh dari manajemen emosi yang baik ini tentu akan berdampak positif pada perkembangan emosi anak. Karena, anak-anak pasti melihat bagaimana orang tua menampilkan emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Termasuk pula bagaimana para orang tua ini memperlakukan mereka sehari-hari.

Alhasil, orang tua yang mampu mengatur emosi dirinya sendiri dan membantu sang anak dalam menemukan pola pengendalian emosi yang baik akan menghasilkan anak yang:

Oleh sebab itu, sebagai ibu yang menjadi titik sentral dalam sebuah keluarga dan ayah sebagai nahkoda utamanya wajib bekerja sama secara intens dalam hal pengasuhan anak. Manajemen emosi ini pun penting diterapkan dengan terlebih dahulu menyadari jenis emosi yang tengah dirasakan orang tua, apakah itu emosi negatif atau justru emosi positif.

Lalu, beliau menambahkan agar penting untuk bisa memahami baik-baik apa penyebab emosi tersebut. Dan disertai dengan menerima emosi yang dirasakan agar bisa segera diatasi dengan kepala dingin. Barulah setelah itu, kita berupaya mengendalikan emosi tersebut agar tetap dalam kontrol kita.

Ibu, Yuk Redam Emosi dengan Cara Ini!

Credit by pexels.com

Jujur, bagi saya pribadi, mengelola emosi guna menjadikan diri agar bisa lebih positif dalam segala hal tentu bukanlah hal yang mudah. Justru sangatlah sulit. Tantangan yang saya hadapi pun juga cukup banyak.

Kendati, belajar dan berusaha untuk menjadi diri yang lebih baik pastinya merupakan goals utama dalam hidup. Meski begitu, banyaknya tantangan yang saya hadapi kali ini mesti diselesaikan dengan baik-baik. Bukan lagi dengan cara menghindar apalagi bersembunyi. Baik itu, tantangan emosi saat menghadapi anak, pasangan, keluarga besar, serta orang-orang sekitar. Utamanya, saat menghadapi masalah yang erat kaitannya tentang pengasuhan anak.

Menurut psikolog yang mengisi pertemuan tempo hari, beliau menganjurkan agar kita sebisa mungkin fokus terhadap hal-hal yang penting, yakni perkembangan anak. Jika perlu, gunakan “kacamata kuda” agar fokus kita lebih terarah kedepan, tanpa perlu peduli dengan omongan atau penilaian negatif dari orang-orang sekitar.

Selain itu, meski terasa sangat sulit berusaha sedikit saja untuk positive thinking terhadap penilaian orang yang dirasa kurang sreg di hati. Anggap saja, bahwa maksud mereka baik. Dan, jangan lupa juga perlu bagi kita untuk melakukan pembatasan, yakni dengan menyeleksi pertemanan yang lebih sehat dan bermakna. Sehingga, kita bisa fokus kepada apa yang bisa kita kendalikan.

Memang enggak mudah sih, tapi kita enggak akan pernah tahu sebelum mencobanya, bukan? Karena, saya sendiri selalu meyakini, ibu yang sehat secara mental dan emosional tentu diawali dengan dorongan serta dukungan positif yang bermula dari dirinya sendiri untuk menciptakan versi bahagianya. Ingat, membahagiakan diri di sela-sela waktu luang itu penting. Jangan tunggu orang lain untuk bisa membuat ibu bahagia.

Terlebih, anak-anak yang tumbuh dengan bahagia ini hadir atas stimulasi dari ibu yang juga bahagia lahir dan batin. Jadi, pilih mana nih buk, mau jadi sosok ibu yang selalu emosian atau jadi ibu yang selalu berusaha menemukan jalan bahagianya? Yuk, renungkan baik-baik!

Conclusion

Memiliki manajemen emosi yang baik bagi orang tua rupanya sangat penting dan mempunyai kaitan yang erat terhadap tumbuh kembang anak. Khususnya, pada perkembangan emosi dan karakter mereka sejak dini. Oleh sebab itu, para orang tua ini memegang peranan penting dalam menciptakan suasana yang kondusif di rumah.

Terlebih, para ibu, seperti saya contohnya yang cenderung emosional dan amat sensitif. Sehingga dalam hal ini sangat penting untuk bisa mengendalikan emosi sebaik mungkin. Bukan memanipulasinya lho ya, namun lebih mengarah ke mindfulness.

Well, semoga catatan saya kali ini bermanfaat ya untuk teman-teman semua. Jika ada masukkan ataupun saran, yuk langsung aja sharing disini! Have a good day everyone, SALAM WARAS!

Ludy