Seringkali kita mendengar pernyataan dari beberapa teman dekat atau sejawat lainnya yang berada di sekitar kita yang menyatakan dirinya telah siap menikah. Sejumlah kriteria terhadap calon pasangannya pun diungkapkan dengan begitu semangat dan menggebu-gebu, dengan harapan sahabatnya tersebut dapat turut ikut serta membantu untuk menggenapkan niat sucinya tersebut.
Hal ini nyatanya tidak berbeda jauh pula dengan mereka yang diam-diam telah menandai seseorang alias ‘ngetag’ untuk dijadikan sebagai calon pasangannya kelak. Alih-alih melakukan pendekatan, strategi pun dilancarkan untuk mengambil hati sang pujaan hati yang telah lama diidamkan untuk sedia bersanding saling mengikat janji sehidup semati. Namun, jika nasib tidak berpihak, sungguh rasanya hati akan miris melihat sang pujaan hati berlabuh di dermaga yang lain. Sungguh miris bukan?
Lantas, pernahkah kita menyadari bahwasanya kesungguhan niat untuk segera menggenapi itu terletak dari kesungguhan kita dalam memurnikan niat untuk menikah semata-mata karena Allah. Lurusnya niat tersebut secara otomatis akan membawa orang tersebut untuk pasrah sepenuhnya kepada Allah atas takdir jodoh dengan siapa kelak dia akan disandingkan. Bukan malah dengan ‘ngetag’ si doi sehingga tanpa kita sadari diri ini telah mendahului kehendak Allah dimana didalamnya telah bercampur dengan keyakinan yang amat kuat bahwa dia adalah jodoh kita.
Seperti halnya ibadah shalat, niat untuk menggenapi tersebut tidak seharusnya dilafazkan dalam bentuk lisan atau bahkan digaungkan seantero kampung. Sehingga, orang-orang pun akan tahu bahwa anda telah siap menikah. Sekali lagi, cukup lisankan dalam hati dan sembunyikan dalam doa.
Pasalnya, seseorang yang betul-betul telah meluruskan niatnya menikah semata-mata karena Allah, maka dia pun akan benar-benar memperhatikan hal ihwal dimulainya proses sakral tersebut hingga kelak demikian terjaga pula kesuciannya. Seluruhnya akan dia pasrahkan hanya kepada Allah Sang Pemilik Hati, bukan malah kepada dia yang mencuri hati. Sehingga, dengan siapa Dia akan menjodohkan kita, kita pun akan merasa ikhlas dan meyakini dengan penuh kesadaran bahwa rejeki ini merupakan pemberian yang terbaik dari Allah.
Dia yang benar-benar siap lahir dan batin atas niatnya untuk menggenap karena Allah, akan terus berupaya memantaskan diri menjadi hamba yang terbaik untuk-Nya agar kelak dipertemukan dengan hamba-Nya yang terbaik pula.
Berbisik dalam doa baginya merupakan hal yang dapat menenangkan batinnya di kala merindu. Serta, tanpa mengumbar rasa pada dia yang belum tentu berjodoh dengannya. Meskipun belum tahu dengan siapa kelak akan bersanding di pelaminan, cukup ungkapkan dalam hati sembari berdoa kepada Allah perihal kriteria calon pasangan hidup yang di idam-idamkan.
Yakinlah dengan sepenuh hati, bahwasanya Allah adalah satu-satunya Zat Yang Maha Mendengar. Dan, di satu sisi pula kita pun harus menyiapkan ruang seluas mungkin pada hati untuk berlapang dada, apabila suatu saat nanti menemukan adanya kekurangan pada jodoh yang telah Allah takdirkan untuk kita. Persiapan ruang hati tersebut sangat penting, agar kelak setelah menikah nanti kita pun tidak mengeluh serta menggerutu atas kekurangan yang dimiliki oleh pasangan kita.
Lantas, ketika telah meyakini diri ini siap lahir dan batin, dan sungguh-sungguh memurnikan niat ibadah suci ini karena Allah, maka segeralah perbaiki kualitas amal ibadah kita. Dan, selipkan selalu dalam doa-doa kita atas kriteria calon pendamping hidup yang kita harapkan pada-Nya. Kemudian, berikhtiarlah dengan cara yang disukai-Nya, agar Allah pun menghadirkan insan-Nya yang terbaik untuk kita dan senantiasa selalu dalam penjagaan-Nya hingga waktu akad tiba. Yakinlah, Allah akan menghadirkan waktumu pada waktu-Nya yang tepat dan begitu indah. Dan, ingatlah selalu perihal jodoh yakni bukan dengan siapa kita akan melabuhkan hati, namun yang patut diperhatikan ialah bagaimana cara kita dalam menemukan jodoh yang sesuai dengan perintah-Nya. Bismillah. Semoga bermanfaat. (Ummi online)
SUKAAA niisaaaa, blog dan tulisannya kereeennn 🙂