Berhias (tabarruj) bagi sebagian besar wanita di zaman modern saat ini dapat dikatakan sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat, berhias atau mempercantik diri sendiri bagi sebagian orang saat ini menganggapnya sebagai suatu hal yang mampu meningkatkan rasa percaya diri, khususnya bagi mereka yang tinggal di perkotaan dan masuk dalam ruang lingkup sosialita dengan tuntutan gaya hidup yang tinggi.
Fenomena tersebut nyatanya tidak dapat dipungkiri, terlebih beragam jenis perawatan tubuh dan peralatan make up saat ini telah banyak bermunculan dan semakin memanjakan kaum hawa untuk giat mempercantik diri.
”Hendaklah kalian (para wanita) tetap di rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dan seperti tabarruj orang-orang Jahiliyah yang dahulu…”
(QS. Al-Ahzab: 33)
Dari penggalan ayat di atas, Ustadzah Wirianingsih menjelaskan bahwa fenomena yang banyak terjadi saat ini pada sebagian besar Muslimah disebabkan oleh adanya kebiasaan dalam pergaulan yang menghendaki terjadinya hal tersebut (tabarruj).
Dari hal ini muncul penilaian pada perempuan seolah-olah perempuan tidak menarik, modern dan fashionable. Sehingga, kebanyakan dari mereka rela menahan sakit dan bersusah payah mempercantik diri agar bisa masuk dan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang makin tinggi saat ini.
Hal ini semata-mata dilakukan dalam rangka meningkatkan rasa percaya diri. Padahal, jika kita boleh cermati tabarruj (berhias) ala jahiliyah yang semakin pesat seperti saat ini sudah jelas-jelas sangat dilarang dalam Al Quran.
“Tabarruj (berhias) ala jahiliyah itu dilarang dalam Al Quran. Karena, berhias bagi Muslimah itu cukup sekedar rapi, bersih, dan tidak bau badan yang dapat menimbulkan fitnah,” ujar Ustadzah Wirianingsih, Selasa (31/1).
“Tentu saja hal ini tidak mudah dijalani oleh Muslimah, karena tidak semua Muslimah tahu dan paham tentang hal ini. Andaikan pun paham, belum tentu mampu menerapkannya. Hal ini terkait dengan dorongan dalam hati dan kebiasaan,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Bunda Wiwi (biasa dia disapa) menyampaikan, bahwa dalam pandangan Islam sendiri khususnya atas anugerah kehidupan yang dijalani saat ini merupakan suatu amanah dari Allah SWT dan menjalaninya adalah proses ibadah. Adapun, tujuan akhir dari kehidupan ini tidak lebih hanya untuk bertemu dan kembali pada Allah SWT.
Jadi, semua aktivitas yang dilakukan oleh Muslim atau Muslimah sangat erat kaitannya dengan pertanggungjawaban terhadap Allah SWT. Itu artinya, Allah berkehendak atas diri kita dengan mengatur dan memerintahkan hal yang baik dan melarang hal yang buruk. Karena, itu semua pasti memiliki maksud kebaikan yang khusus ditujukan bagi Hamba-hambanya.
“Allah Maha Mengetahui atas apa yang diciptakannya. Kita jalani sesuai kehendak Allah SWT atas diri kita. Kita cantik dan tampan adalah Allah yang menciptakan. Tidak cantik dan tidak tampan juga Allah yang menciptakan. DiperintahkanNya agar manusia makan dan minum semua yang ada di bumi ini, kecuali sedikit saja yang dilarang. Tidak boleh juga berlebihan dan melampaui batas,” jelas Muslimah yang pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI Komisi IX pada tahun 2014 lalu.
Sebagai penutup, beliau pun menyimpulkan bahwa segala hal yang sifatnya berlebihan adalah tidak baik dan akan mengganggu keseimbangan, termasuk di dalamnya tabarruj atau berhias yang berlebihan ala jahiliyah bagi sebagian besar Muslimah seperti saat ini. Allahu’alam bi showwab. Semoga bermanfaat ya Mak!