Emak-emak kekinian yang terlahir sebagai generasi Y (milenial) dan Z, harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam mendidik calon-calon pegiat teknologi di masa depan. Dimana, dalam kehidupannya kelak akan terus bersinggungan dengan berbagai kecanggihan teknologi yang terus berkembang, merekalah generasi alfa.
Generasi alfa adalah mereka yang terlahir pada tahun 2011 hingga 2020. Hal ini sangat penting, mengingat jika derasnya laju informasi teknologi ini tidak diimbangi dengan wawasan keilmuan yang baik, maka yang ada hanyalah ketidakbermanfaatan.
Sebagai ibu kekinian, tanggung jawab yang diembannya pun nyatanya lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini banyak dipicu oleh mirisnya penggunaan teknologi jika kebermanfaatannya disalahagunakan. Dan, dalam hal ini sosok ibu lah yang berperan besar membentengi situasi sosial di masa yang akan datang agar mereka para generasi alfa mampu memanfaatkan situasi ini dengan baik. Bukan tanpa alasan, melainkan dengan ilmu lah sebagai kunci utama dari sebuah peradaban yang dipegang para ibu hebat ini.
Baca juga: Menikmati Golden Moment Bersama Khadijah
Miris, saat seorang anak kecil berusia 7 tahun ditanya perihal cita-cita mereka dimasa depan. Lalu, tanpa pikir panjang anak kecil ini pun menjawab, bahwa cita-citanya kelak ingin menjadi seorang YouTuber. Lantas, jika cita-cita tersebut banyak digaung-gaungkan oleh mereka para generasi alfa, dimana lagi kita akan menemukan sosok dokter, guru, polisi, hakim, dan lainnya di masa depan?
Bukan maksud emak ingin membatasi minat anak, namun alangkah baiknya jika kita sebagai ibu memegang peranan penting dalam mengarahkan minat anak agar lebih berfaedah. Oleh sebab itu, sebagai ibu kekinian kita harus sadar dan memahami betul konsep mendidik anak-anak generasi alfa ini. Adapun, ciri khas dari generasi alfa ini, yaitu:
- Menyenangi segala hal yang sifatnya instan. Sehingga, menjadi terkenal melalui instagram ataupun youtube adalah jalan pintas untuk bisa segera mendapatkan popularitas, ketenaran dan tentunya materi.
- Bagi mereka para generasi alfa, bersosialisasi dan menjalin pertemanan akan tetap mereka lakukan. Namun, mereka tidak senang berbagi laiknya kebiasaan dalam bersosial dengan sesama. Menurutnya, segala hal yang mereka miliki adalah mutlak milik mereka dan bukan untuk dikonsumsi secara umum.
- Sikapnya mudah berubah-ubah, cenderung labil dan seolah tidak memiliki pendirian.
- Para generasi alfa ini cenderung tidak menyukai aturan. Hal ini dikarenakan mereka lebih menyukai segala hal yang bersifat tantangan dan strategi.
- Berbagai jenis gadget adalah kebutuhan dasar yang mendasari para generasi alfa ini sejak mereka balita. Sehingga, para ibu kekinian sangat diharapkan bisa lebih bijak membatasi penggunaan gadget sejak dini.
Baca juga: Fenomena Latah dalam Pemberian MPASI
Berdasarkan hal itu, maka dapat ditarik benang merah atas situasi ini, yaitu para orang tua generasi Y dan Z, khususnya para ibu harus memiliki pondasi dan bekal yang kuat. Hal ini bukan tanpa alasan. Mengingat, generasi alfa ini dikenal sebagai generasi yang paling cerdas. Sehingga, mau tidak mau, siap tidak siap kita harus mampu mengimbanginya. Baik itu dengan pemahaman teknologi yang matang, kecerdasan verbal, edukasi melalui penguatan literasi dan masih banyak lagi.
Dan, yang paling penting dari semua itu untuk dipersiapkan adalah kesiapan mental. Hal ini rupanya amat penting, karena tanpa kesiapan mental maka para ibu hanya akan terjebak dalam lubang kecemasan dan kekhawatiran yang besar. Karenanya pula dapat menjadikan sosok ibu kekinian lebih tenang menyikapi berbagai situasi sulit sekalipun yang menimpanya. Pastinya, dengan kematangan mental yang baik seseorang akan tahu bagaimana seharusnya dia melangkah dan mencari jalan keluar dari semua masalah yang dihadapinya.
Semoga, dengan semakin berjalannya waktu, kita mampu mempelajari semua bekal tersebut dengan baik, agar kelak sebagai ibu kita dapat mendidik para generasi alfa yang cerdas, matang dan juga bertanggung jawab. Semangat berbenah diri ya, Mak!
Benar banget mbak.Murid-muridku saat ditanya ingin jadi apa, pengennya jadi artis tik tok, bahkan tak satu pun yang mau jadi guru, dokter, atau yang lainnya seperti kita dulu waktu kecil.
Hiks, iya mba dan ini yg bikin miris yaa. Seharusnya teknologi itu mengedukasi bukan hanya sekadar menghibur aja kan pastinya. Salam kenal mbaa 😄
iya mba kebayang gimana kelak kalo anak2 dewasa. bener2 kudu siap mental..
Betul banget mba, dan sebagai ibu harus punya banyak persiapan untuk itu. Semangaaat mbaaa 😄
Cara saya menghadapi generasi alfa (anak saya lahir tahun 2017) mengenalkan teknologi tapi tahu batasannya. Intinya masih dibawah kontrol orang tua. Soalnya kalau dilarangpun pasti dia akan tahu karena anak-anak seumurannya sudah pada ngerti gadget. Jadi lebih baik dia tahu dari saya .
Sepakat mbaa, karena dengan pendampingan dr ibunya anak-anak akan tahu dan bisa membedakan mana yg baik dan tidak layak untuk dipelajari. Terima kasih mbaa sudah mampir 😄
Wah, tahun 2020 saja belum mulai, sudah ada nama untuk generasinya, generasi alfa. Mungkin itulah sebabnya pendidikan usia dini perlu memperkenalkan banyak jenis profesi pada murid-muridnya. Untuk mengimbangi exposure artis internet.
Nah, iya mbaa betul bangeett, karena memang semakin ke depan tuntutannya pun semakin tinggi, jadi jika salah satu aspek aja enggak terpenuhi, maka sorry to say bakal dinilai enggak layak 👍🏻