Hampir 1 pekan ini, publik di media sosial tengah dihebohkan bahkan latah dengan alih-alih mengenang gambaran diri di masa lalu. Dimana, netijen dengan kompaknya memasang foto jadul mereka 10 tahun yang lalu, kemudian membandingkannya dengan foto saat ini sambil mengetik tagar #10yearchallenge. Bagi emak sendiri, mungkin sekilas hanya untuk ‘just for fun’ alias lucu-lucuan aja. Tapi kenyataannya, kalau dipikir-pikir ada maksud lain dibalik itu. Malah terdengar lebih dalam dan bermakna. Sekali lagi, this is just my opinion.

Pictured by pexels.com

So, saya sendiri kalau ditanya mau ikut challenge ini atau tidak? Jawabannya, ya fifty-fifty. Apalagi, hashtag ini ramai banget di media sosial Instagram khususnya, dimana medsos yang satu ini merupakan wadahnya para netijen untuk show off dan narsis sesuka hati, hahhaa. Cucok banget lah yaa. Nah, jujurly saya sendiri maybe bakal latah juga buat meramaikan #10yearchallenge ini (telat banget sih lho!) meski bukan dengan menggunakan foto. Melainkan, dengan kata-kata. Wah, kira-kira gimana sih emak 10 tahun yang lalu? Apakah lebih cantik? Atau, malah pecicilan abis? Yuk, check this out…

Ten years ago, I was…

By the way, inilah kondisi emak 10 tahun yang lalu, dimana saat itu emak masih unyu-unyu banget dan berusia 16 tahun. Wahh, kebayang dong lagi masa-masanya putih abu-abu, yang jamannya labil dan pengen serba tahu ini-itu alias kepo maksimal. Beruntungnya, emak ini bisa dikatakan enggak pinter-pinter banget, tapi alhamdulillah nasibnya mujur aja bisa keterima di sekolah favorit, hehee (lagi-lagi, semua berkat doa ibu). Namun, di satu sisi ada bagian yang bikin emak nyesek bertubi-tubi, yaitu ‘MAKSA’ masuk IPA. Tragis, broohh. Which is, saat itu emak sempat parno banget kalau sampe enggak masuk IPA. Karena, konon katanya anak-anak IPA ini ruang lingkup jurusan kuliah dan profesinya lebih luas alias bisa masuk kemana aja enggak kayak anak jurusan IPS. Tapi, apa nyatanya yang GUHEEEE alami saat itu, enggak lebih dari terseret-seret, hiks.

Nah, ditambah lagi dengan adanya istilah ‘jack of all trades, but master of none’. Pastinya tahu kan gaes, jack of all trades ini siapa? Yup, kalau yang suka main cangkulan pasti tahu banget, dialah Si Serba Tahu atau juga disebut Serba Bisa. Tetapi, umumnya orang-orang seperti ini tidak bisa fokus dalam mendalami satu keahlian secara khusus atau spesifik alias Master of One. Lah, kalau emak digolongkan diantara keduanya, lantas jadi apa dong? Maybe, umumnya orang akan menyebut emak ini masuk B aja, tetapi kalau boleh jujur emak ini sebenarnya C doang alias mepet banget! Miris kan? Gimana mau jadi mastery coba, kalau yang umumnya B aja enggak nyampe, hiks.

But, emak bersyukur banget kala itu. Lantaran banyak hal retjeh yang patut disyukuri, misalnya ketemu teman ‘sejenis’ yang tiap waktu bikin ngakak so hard, jalanin hobi seru, rujak challenge dengan level kepedasan hingga “75 cabe jawa”, ghibah berjamaah, dan masih banyak lagi. Wahh, kangen banget pastinya momen-momen gokil kayak gitu. Dan, hanya bisa emak temukan ketika SMA. Meskipun, ujung-ujungnya kadang nyebelin juga lantaran ketemu teman-temen yang rese, tapi tetap have fun dan enjoy banget ngejalaninnya. Sukaakkk deh!

Now, I’m…

Hhmm, ini mah #MAMAKLYFE bangeeet. Enggak usah dijelaskan secara detail, udah paham banget lah yaa. Saking “serunya” maen sama anak tiap saat, sampe lupa dengan cucian dan gosokkan yang menggunung. Maklum, tanpa ART dan dari pagi sampe malam hanya berduaan aja sama si ucul. Bisa ngepel seminggu dua kali aja udah bersyukur banget. Well, karena saking “sibuknya” emak di rumah, sampe-sampe tiap bulan bisa stock 5 pack tissue kering dan 3 pack tissue basah, wkwkwk. Please, ini bukan karena males lho ya (ngeles aja lu!), tapi hal ini semata-mata guna menjaga kewarasan agar keharmonisan antara suami dan istri tetap seimbang, tsahh.

Anw, kira-kira apa sih faedahnya #10yearchallenge ini? Berikut, poin-poinnya versi emak…

  • Membuat seseorang untuk “mau” mengenang masa lalunya yang meski pahit untuk dikenang
  • Dapat lebih bersyukur atas nikmat hidup yang Allah berikan selama ini
  • Hadirnya motivasi lebih untuk bisa memperbaiki diri
  • Sarana menghibur diri saat melihat foto jadul di masa lalu
  • Dapat menghadirkan rasa rindu dari setiap momen dan orang-orang yang ada di masa lalu.

Dan, apapun itu ada hal yang lebih penting untuk diingat, yaitu AMAL. Lantas, kira-kira udah sejauh mana nih amal ibadah kita selama ini? Kalau masih banyak yang bolong, monggo ditambal dan diperbaiki lagi. Lalu, kalau sudah merasa cukup, coba cek lagi niatnya sejauh ini apakah sudah benar-benar diniatkan hanya untuk Allah semata? Bagi saya, #10yearchallenge ini enggak lebih sebagai sarana pengingat di masa lalu agar dalam tiap waktunya saya bisa belajar dan memaknai “hijrah” dalam artian yang sesungguhnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Karena, sejatinya 10 tahun yang lalu bukanlah cerminan sosok diri kita yang seutuhnya saat ini. Percayalah, ada Allah yang Maha Membolak-balikkan hati, termasuk didalamnya berlaku pula perihal HIDAYAH. Maka, sudah sepatutnya kita untuk menjemput keistimewaan itu, agar gambaran sosok ini di 10 tahun yang akan datang ialah berupa cerminan tingkatan amal yang nilainya terus bertambah dan bahkan lebih baik. Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum. Salam waras!

Previous post Nomaden 'Lyfe' As Contractor
Next post Siap Jadi Blogger? 5 Hal Ini Harus Kamu Miliki

2 thoughts on “Me And #10yearchallenge

  1. wah 10 tahun yang lalu masih smu mba, dan saya pun langsung berasa tua hehehe. Saya juga suka dengan 10 years challanges ini, saya bisa mengenang masa lalu dan menyadari sudah banyak perubahan dari saya 😀

Leave a Reply

Social profiles