Site icon Catatan Ludy

Tambah Momongan, Yay Or Nay?

“Masya Allah, Khadijah udah gede aja nih. Bisa dong ya nambah anak lagi. Hitung-hitung biar Dijah ada teman mainnya gitu, hehe,” ujar tetangga.

“Duh, bisa aja nih buuukk. Pan, tiap hari Dijah mainnya sama aku di rumah hehee. Yuk ah buk, maennya jauhan dikit hahaa,” balas saya sekenanya dan langsung kabooor.

Kurang lebih, seperti itulah percakapan singkat unfaedah saya dengan salah seorang tetangga di pagi hari. Meski enggan rasanya untuk meladeni, namun saya coba untuk memberi jarak agar arah obrolan kami tidak sampai memicu hadirnya provokasi. Dalam konteks ini, bukan maksud saya untuk menolak hadirnya momongan (lagi), sekali lagi bukan lho! Cuman, terkait topik itu rasa-rasanya masih terasa riskan untuk saya bicarakan, khususnya bagi saya pribadi.

Bicara soal momongan, terlebih setelah melahirkan anak pertama, bagi saya merupakan hal yang mesti direncanakan dengan matang dan jauh-jauh hari. Secara, dari faktor internal saya sendiri memang mesti dipersiapkan lahir dan batin. Di satu sisi, tentunya saya suka sama bayi kok, terlebih aroma alami tubuhnya, beuh sukak banget!

Credit by pexels.com

Namun, jika sudah dihadapkan dengan anak sendiri, tentu jelas beda ceritanya. Ahh, time flies so fast. Ngomongin soal baby, bikin saya rindu maksimal dengan Khadijah semasa orok (what orok?). Saya merasa, totalitas saya mengurus Khadijah kala itu belum bisa begitu maksimal. Dengan kata lain, saya masih terjebak dengan urusan saya sendiri bahkan hingga saat ini.

Ahh, syedih kalau ingat itu. Namun, saya pribadi punya positive rules yang bisa jadi dapat memotivasi saya untuk terus melakukan perbaikan, yakni meski lekat dengan ketidaksempurnaan saat mengasuh si kecil, baik itu secara teori, emosional, dan perilaku. Namun, tetap saja SAYA ADALAH SOSOK IBU YANG TERBAIK UNTUK KHADIJAH, BAHKAN SATU-SATUNYA DI DUNIA DAN SAMPAI KAPANPUN! (maapkeun, kalau rada galak)

Tentang Persiapan dan Prioritas

Setali tiga uang dengan suami, kami pun sepakat untuk sementara waktu menunda hadirnya anak kedua. Bukan tanpa alasan, namun lebih tepatnya saya tidak ingin dzolim dengan si kakak ataupun adiknya kelak. Bahkan, saya pribadi akui belum bisa membagi cinta saya seutuhnya untuk si adik nantinya. Mengingat, fokus perhatian saya saat ini masih tertuju pada Khadijah seorang, cinta pertama yang berhasil mengalihkan perhatian saya dari suami.

Credit by pexels.com

Meski begitu, tetap aja saya mupeng maksimal kalau lihat teman yang abis lahiran dengan bayinya yang gemas abis. Well, saya mencoba santuy sih. Jadi, tolong jangan judge saya perihal menunda momongan (lagi) lantaran ekonomi, itu HOAX parah ya gaes. Karena, saya sangat yakin bahwa tiap anak membawa rejekinya masing-masing.

Terlepas dari itu, saya pribadi tidak bermaksud menyinggung teman-teman yang hingga saat ini belum juga diberikan momongan. Sekali lagi, tulisan ini sengaja saya tulis sebagai bentuk kegundahan hati saya manakala selalu disindir perihal, ‘kapan nih nambah momongan?’. Mengingat, tiap-tiap orang tentunya punya target dan pencapaian masing-masing yang ingin mereka raih dalam hidup, secara you only live once (YOLO) gitu lho! Jadi, please hargai prinsip masing-masing dan manfaatkanlah jatah hidup dengan sebaik mungkin yes!

Baca Juga:

Saat Merencanakan untuk Menambah Momongan

Jujur, topik ini seringkali jadi bahan pillow talk saya dengan suami sebelum tidur. Bahkan, saking seringnya saya bertanya tentang hal ini, suami sampai ingat betul kira-kira sudah berapa kali saya membahas perihal momongan, wkwkwkwkk. Bagi saya, topik ini ngeri-ngeri sedap dan gemas buat dibahas. Sehingga, saya enggak bosan untuk membahas hal ini sembari mematangkan planning untuk kelak hamil lagi.

Hingga saat ini, saya dan suami sudah punya beberapa planning kedepan perihal momongan. Namun, kembali lagi. Sejatinya manusia hanya bisa berencana, dan seluruhnya yang ada di alam semesta ini mengikuti alur takdir dan kehendak Allah. Menunda hadirnya momongan kedua bagi kami, bukan berarti semata-mata menolak anugerahNya. Namun, lebih pada mematangkan diri dan bekal sebaik mungkin untuk anugerah berikutnya. Salah satunya, selalu berproses menjadi orang tua pembelajar yang senantiasa bekerja sama dalam membesarkan buah hati di segala kondisi, serta memastikan diri agar sehat secara mental dan fisik (PENTING BANGET NEH!)

Credit by pexels.com

Nah, kira-kira hal apa saja sih yang menjadi pertimbangan saya dan suami sebelum memutuskan untuk nambah momongan, ini diaaa…

Kurang lebih, seperti itu sih pertimbangan utama saya sebelum akhirnya memutuskan untuk nambah momongan. Selebihnya, terletak pada target usia saya dan jeda waktu untuk nambah momongan berikutnya. Psstt, tapi itu rahasiaaaa ya, hahaa. Kembali lagi, saya jadi teringat dengan perkataan seorang teman yang menyampaikan bahwa setiap amanah kehamilan akan disertai juga dengan kesiapan mental para orang tuanya. Jadi percayalah, bahwa Allah sudah mempersiapkan segala kesulitan pasti selalu satu paket dengan kemudahan didalamnya. Duh, jadi reminder banget nih untuk saya pribadi.

So, menurut kamu sendiri gimana perihal nambah momongan ini? Yuk, sharing! Terakhir, semoga bermanfaat yaa tulisan ini, jika ada yang baik silahkan diambil dan kalaupun ada yang buruk mohon jangan dipungut. SALAM WARAS!