Hidup di era millenials yang segalanya serba kekinian, membuat sebagian besar orang terpuruk dan terjebak dalam situasi yang menjadikan mereka kaum BPJS (budget pas-pasan jiwa sosialita). Kendati, pada kenyataannya terasa berat, namun kebanyakan dari mereka termasuk saya tentunya, berupaya untuk ikut mencicipi sedikit saja gaya hidup yang umumnya saat ini kita sebut dengan istilah jaman now.
Hal ini pun, tentu tidak dapat kita pungkiri keberadaannya. Mengingat, kondisi itu begitu dekat dengan lakon kehidupan kita sehari-hari. Ahh, mungkinkah dengan ungkapan syukur saja cukup menghilangkan keluhan itu pada diri kita?
Mungkin, bagi sejumlah orang bisa memaknai hal itu dengan baik, dimana kondisi ini pun disertai pula dengan tingkat pemahaman yang mereka sadari betul. Namun, bagaimana dengan yang lainnya? Hidup serba pas-pasan bahkan dinilai kurang, mungkin bisa jadi terbilang sulit bagi mereka untuk bisa menerima semua tekanan hidup. Dan, kenyataannya hal ini pun berlaku pada siapapun, tanpa pandang bulu. Bahkan, berlaku pula pada Si Kaya sekalipun, lantaran nafsunya yang terus mengejar kehidupan duniawi.
Bicara tentang penguasa hari ini, saya rasa cukup. Tidak perlu lagi ada hal yang harus diperdebatkan. Karena kuncinya adalah saling intropeksi diri satu sama lain dan terus berupaya melakukan perbaikan. Tanpa keduanya, mustahil rasanya perubahan itu dapat terwujud dan hanya akan terus berlalu bagaikan wacana di siang bolong.
Lantas, sebagai perempuan pun, saya tidak akan banyak bertutur kata seputar emansipasi. Melainkan, berharap akan hadirnya privilege dalam artian yang sesungguhnya. Dimana, kaum perempuan dalam kondisi ini penting untuk dimuliakan dan dilindungi sebagaimana mestinya, yakni dalam kondisi berbadan dua alias hamil dan menyusui.
Dan, berikut ini merupakan mimpi-mimpi yang ingin saya tuliskan. Khususnya, bagi para wanita-wanita hamil dan menyusui. Terlebih, melalui adanya realisasi dari mimpi-mimpi inilah saya berharap agar tidak ada lagi kasus kekurangan gizi pada ibu dan janinnya, berkurangnya angka kejadian postpartum blues pada ibu pasca melahirkan dan yang paling penting hadirnya generasi-generasi sehat yang juga lahir dari wanita-wanita yang sehat pula.
Lantas, apa saja sih harapan-harapan saya untuk pemerintah baru Indonesia selanjutnya, khususnya bagi para bumil dan busui ini? Berikut uraiannya.
Baca juga: 4 Rekomendasi Obgyn Versi Emak
Pemberian subsidi bagi ibu hamil dan menyusui guna memenuhi asupan nutrisi mereka
Ibu hamil dan menyusui pun butuh disejahterahkan, karena pengeluaran saat memiliki bayi nyatanya jauh lebih besar dibandingkan sebelum memiliki momongan. Dan, emak-emak ini pun sejatinya harus selalu merasa happy setiap saat, agar ASI mereka lancar dan bayinya pun ikut bahagia. Kondisi ini pun, juga berlaku bagi para ibu hamil. Kenapa? Karena, secara emosional kondisi ibu hamil yang sedih ataupun bahagia, otomatis akan selalu terkoneksi pada si janin.
Dan, kondisi psikis ini pula rupanya mempengaruhi tumbuh kembang sel otak janin selama berada di dalam kandungan. Sehingga, dengan adanya pemberian subsidi dari pemerintah berupa asupan nutrisi yang sehat dan optimal untuk para bumil dan busui ini, diharapkan mampu melahirkan generasi-generasi yang sehat dan hebat. Dan, yang paling penting ialah tercukupi kebutuhan gizi bayi mereka selama 1000 hari pertama kehidupannya (HPK). Catet ya gaes!
Pemberian masa cuti 6 bulan bagi perempuan bekerja, dan para suami diberikan pengurangan total jam kerja per minggu
Di Indonesia sendiri, mungkin wacana ini masih terbilang sulit untuk direalisasikan. Mengingat, masih banyaknya stakeholder yang merasa keberatan dengan adanya wacana ini. Sehingga, diperkirakan dapat menyebabkan kerugian yang cukup banyak dari adanya cuti yang cukup lama. Namun, hal ini rupanya tidak berlaku di beberapa negara lainnya.
Salah duanya, seperti negara Swedia yang mana mereka memberlakukan cuti bagi wanita selama 480 hari dan mereka tetap mendapatkan gaji sekitar 80% dari total gaji mereka tiap bulannya. Lalu, diikuti pula dengan negara Norwegia yang memberikan cuti melahirkan kepada wanita bekerja selama 35 minggu dengan proporsi gaji penuh. Wah, menarik banget kan?
Hal serupa, nyatanya juga bisa dirasakan oleh para ayah. Dimana, para ayah ini juga mendapatkan cuti ngantor selama beberapa hari untuk merawat bayi dan istri mereka pasca bersalin. Misalnya, seperti negara Norwegia yang memberikan cuti bagi para ayah selama 70 hari dan tetap mendapatkan gaji. Well, pastinya ini menarik banget. Namun, sayangnya hal tersebut tidak berlaku di Indonesia.
Baca juga: Tentang Kita dan Rasa yang Mengancam Pasca Melahirkan
Adapun, harapan saya untuk pemerintah baru nantinya ialah dapat lebih lanjut mengkaji perihal aturan cuti melahirkan ini, baik bagi ibu dan ayah. Terlebih, untuk para ayah ini setidaknya mendapatkan pengurangan total jam kerja per minggu selama 3 minggu lamanya. Dan, tentunya dengan proporsi gaji penuh atau sekitar 80%. Lantas, tidak terlalu memberatkan bukan? Mengingat, masa-masa pasca melahirkan ini peran suami amat dibutuhkan bagi para istri guna memulihkan kesehatan fisik dan mentalnya. Semoga saja hal ini bisa direalisasikan ya.
Pemerintah ikut serta memberikan pelayanan konseling gratis bagi ibu-ibu pasca melahirkan
Seringkali, kita tidak sadar betapa pentingnya kesehatan mental yang satu ini, khususnya pasca melahirkan. Hal ini pun tidak dapat kita pungkiri keberadaanya, mengingat kesehatan mental ini sangat mempengaruhi sikap dan kepribadian kita pada orang-orang sekitar. Dan, kondisi ini pun semakin diperparah dengan dinamika hidup saat ini yang semakin rumit dan percepatan arus informasi yang dinilai banyak bertentangan dengan orang tua zaman old.
Sehingga, kondisi inilah yang amat memungkinkan para wanita pasca melahirkan ini untuk mengalami stress atau postpartum blues, dan bahkan parahnya lagi bisa mengalami depresi dalam waktu yang cukup lama.
Oleh sebab itu, guna mengantisipasi hadirnya postpartum blues ini, diharapkan pemerintah dapat ikut serta dalam memberikan pelayanan konseling gratis bagi ibu-ibu pasca melahirkan. Mengingat, kondisi psikis mereka yang cukup rentan untuk dapat mengalami stress. Sekali lagi, ini penting banget gaes! Karena, pada prinsipnya ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia pula. Please, remember this!
Pentingnya dukungan pemerintah dalam meningkatkan skill serta alat penunjang bagi bidan
Peran pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan bidan, khususnya bagi ibu hamil. Sehingga, hal ini dapat mempermudah akses mereka dalam mendapatkan pelayanan yang prima dan terjangkau. Terlebih, bagi para bidan yang tersebar di pelosok desa. Mengingat, sejauh ini biaya untuk memeriksakan kandungan ke dokter spesialis obgyn terbilang mahal.
Sedangkan, prosedur BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) yang tersedia saat ini pun untuk konsultasi dengan obgyn dapat dikatakan terbatas dan hanya diperuntukkan bagi kondisi khusus saja. Oleh sebab itu, dengan adanya dukungan ini peran bidan akan lebih terpercaya sebagai rujukan utama bagi para ibu hamil.
Kendati demikian, hal itu rupanya tidak berlaku bagi ibu hamil yang mengalami kondisi khusus, seperti plasenta previa, kehamilan ektopik, keguguran, dan pre-eklampsia. Sehingga, pada kondisi ini mengharuskan mereka untuk memeriksakan diri secara langsung ke obgyn yang terpercaya.
Adanya akses informasi yang tepat dan terpusat bagi para bumil dan busui sebagai sarana edukasi
Satu lagi, yang bakal bikin para ibu hamil dan menyusui ini makin bahagia dan pastinya enggak bingung dengan berbagai informasi simpang siur tentang segala hal yang berkaitan dengan melahirkan serta menyusui, ialah adanya akses informasi yang tepat dan terpusat. Adapun, peran pemerintah dalam hal ini penting banget untuk memberikan pelayanan informasi yang terpadu bagi para bumil dan busui ini. Semata-mata, agar informasi yang diperoleh bernilai valid alias NO HOAX.
Oleh sebab itu, untuk memperlancar akses informasi yang terpusat ini, diperlukan adanya koneksi internet yang lancar blas tanpa hambatan. Karena, dengan koneksi internet yang lancar dapat memudahkan para bumil dan busui ini untuk mendapatkan akses informasi yang aman dan terpercaya langsung dari sumbernya.
Maka, saat ini telah hadir produk dari SMARTFREN yang akan menjawab semua pertanyaan serta keresahan yang ada di benak para bumil dan busui ini. Sehingga, mereka pun tidak perlu khawatir lagi dengan akses internet yang lambat, karena #Super4GKuota telah menjadi solusi dari akses internet yang lola alias loading lama. Wah, menarik banget dong pastinya.
Dan, bagi para bumil dan busui yang penasaran dengan produk SMARTFREN ini, bisa langsung cek yaa ke website Smartfren. Mengingat, sekali lagi para bumil dan busui ini berhak lho untuk #KuotakanMaumu, khususnya dalam mendapatkan akses dan informasi yang terpercaya. So, yuk kita #KuotakanSuaramu untuk generasi Indonesia yang lebih baik.
Conclusion
Itulah, lima harapan yang saya tujukan sebagai pekerjaan rumah untuk pemerintah baru Indonesia berikutnya. Karena, pemerintah baru nantinya harus dapat memberikan perubahan yang berarti dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memperbaiki moral bangsa. Dan, saya pun percaya bahwa anak-anak yang sehat dan hebat lahir dari ibu yang sehat dan hebat pula. Semoga, pemerintah baru nantinya dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Aamiin.
Ini keren! Aku Aamiinkan ya agar suatu saat kondisi ini bisa diperoleh Ibu hamil dan pasca melahirkan berikut dengan suaminya juga.
Izin share ke teman yang sedang hamil ya.
artikel yang bagus, ku suka bacanya. Semoga terealisasi ya mbak 🙂
Semoga di Indonesia beberapa kebijakan bagi perempuan-perempuan yang punya baby dan anak-anak balita bisa dimudahkan. Sehingga para mom worker juga bisa membersamai bocil2 dengan bahagia.
Mantap sharing nya Bun. Di kantor saya dulu sih Alhamdulillah ada beberapa kemudahan, namun karena satu lain hal, akhirnya saya memilih resign dan jadi IRT saja.
Semoga Allah SWT memberikan kemudahan-kemudahan bagi para wanita, baik IRT dan pekerja bisa mendampingi sekaligus mendidik anak-anak agar tetap menjadi penerus bangsa yang hebat sesuai fitrahnya aamiin ☺❤
Mantap, Mbak. Konseling usai melahirkan itu sepertinya sangat perlu mengingat ibu melahirkan itu mengalami banyak hal yang tidak mudah dilewati terutama jika lingkungan dan keluarganya kurang memahami…
Mantap, sy pun berharap semua yg ada di tulisan ini dpt terwujud di Indonesia. Dan ternyata mmg penting kita memilih pemimpin yang berpihak pada kebijakan2 yang mengutamakan perempuan dan anak2, jika tidak jgn harap pula semua bisa cpt terwujud , hehehe
Memang benar bumil dan busui harus bahagia … Moga kebijakannya bisa direalisasikan ya. Aamiin.
Aku doain semoga yang mba tulis bisa terealisasi. Aku juga mengharapkan kesejahteraan bagi bumil dan busui, terutama soal jam kerja.
yup, setuju niy..layanan buat bumi dan busui agar selalu bahagia..karena bumil dan busui yang bahagia melahirkan generasi yang bahagia..generasi yang bahagia akan membahagiakan bangsa..halah panjang banget ceritanya hehehe..aku setuju yg cuti melahirkan dipanjangkan mbak hehehe (walo belum ada rencana ingin hamil lagi siy )
Dibilang enggak prioritas atau urgent juga… ada hubungannya dengan stunting karena 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) itu penting ya Mbak? Kalau soal2 dana mungkin pemerintah agak hitung2an?? Mmmm. Entahlah.
Tapi yg jelas bumil dan busui kudu banyak diberikan sosialisasi.Untungnya di zaman sekarang sudah bisa nyari info di internet (dan pastinya harus cek dan ricek sumbernya terpercaya atau gak,,, hehe). Semoga informasi merata ke pelosok negeri.
Subhanallah ikut mendukung, di luar negri ibu menyusui benar-benar didukung oleh pemerintah karena bagusnya hasil asi
wah bagus banget itu, Mbak kalau bisa diwujudkan pemerintah. terutama nomor 1 dan 2 deh.
Yap bener banget Mbak, ibu hamil dan menyusui wajib banget untuk bahagia karena memang rentan banget mengalami post partum pasca melahirkan jadi peran dari semua pihak sangat diperlukan. Untuk itu saya setuju dengan hal2 yang Mbak kemukakan di atas. Yah, semoga bisa terealisasi
Sebagai ibu yg pernah mengalami baby blues, saya setuju dengan usulan Mbak di atas. Padahal belum sampai parah, lho. Tapi rasanya tidak nyaman sekali. So, kesehatan mental bumil dan busui memang perlu diperhatikan. Pastinya orang sekitar harus turun tangan, berikut program pemerintah yg menunjang masyarakat yg sehat mental.
Mbak Ludyah, saya SETUJU SEKALI dengan lima harapan keren ini apalagi soal cuti dan pengurangan masa kerja suami. This is so cool dan emang di beebrapa negara, saat wanita melahirkan pun suami juga ikutan cuti. Andaikata Indonesia juga begitu ya mbak…
Cuti ini penting sekali. Selain sebagai pemulihan fisik usai melahirkan juga agar bisa membantu ibu dalam proses menyusui secara eksklusif. Apalagi kalau udah di rumah kan pikiran tenang. Kagak kebayang kerjaan kantor karen sudah cuti. Tapi sebenarnya masih kurang sih kalau cuma cuti 3 bulan di masa hamil akhir dan usai melahirkan. Tapi yaaa namanya peraturan
setuju mb, seharusnya para ayah juga diberi cuti ketika istri melahirkan. Semoga pemerintah baru ini bisa mewujudkan hal ini. Mantap artikelnya mb.
Kalau di Posyandu suka ada makanan khusus ibu hamil dan balita mba. Walau tidak komplit tapi aku setuju dengan harapan di atas.