Memaknai Kebesaran Allah Melalui Sifat Al-Mutakabbir (I)

Al-Mutakabbir merupakan asmaul husna ke-10 yang Allah miliki dari 99 asmaul husna lainnya. Al-Mutakabbir memiliki arti Maha Pemilik Kebesaran, sehingga sifat ini menegaskan kita bahwa sejatinya hanya Allah lah satu-satunya zat yang memiliki kebesaran. Untuk memahami kajian ini lebih dalam, bersama Ustad Talqi, Pengisi Kajian Rutin Pagi Hari (KRPH) Masjid Mardhiyyah, Kampus Universitas Gadjah Mada, kita akan mengkaji salah satu asmaul husna ke-10 yaitu Al-Mutakabbir pada Allah.
Lantas, bagi manusia yang dalam dirinya mengadakan tandingan selain Allah maka akan memperoleh konsekuensi yang setimpal dari Allah. Terlebih, bagi mereka yang secara pribadi membanggakan diri dengan sombong serta tidak mengakui keberadaan Allah. Allah menegaskan bahwa sifat Al-Mutakabbir bermakna takhoshus, yakni diperuntukkan khusus pada Allah, sebagaimana dalam firmanNya yang berbunyi:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Al-Hasyr: 23)
Saudaraku, kita patut menyadari bahwasanya segala hal yang kita miliki saat ini adalah pinjaman dari Allah. Mengingat, seluruh makhluk beserta penciptaanNya di alam semesta ini adalah mutlak milik Allah. Adapun yang kita miliki saat ini, segalanya merupakan kepemilikan Allah yang sifatnya titipan. Sebagai peminjam, kita wajib menyadari bahwa sang Pemberi berhak mengambil dan menarik apapun yang Dia miliki.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk menghadirkan sifat Al-Mutakabbir sebagai bentuk kekhusyukan ibadah kita terhadap Allah. Dengan menghadirkan sifatNya dalam ibadah-ibadah kita, akan semakin membuat diri ini sadar bahwasanya tidak pantas berbangga diri atas apa yang telah dimiliki. Karena, seseorang yang menyombongkan dirinya maka ia akan mendapatkan hukuman yang berat dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚإِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Ghafir: 60).
Lalu, bagaimana halnya jika manusia memiliki sifat yang amat sombong sebagaimana halnya fir’aun di zaman Nabi Musa terdahulu, yang dengan lantang mengingkari keberadaan Allah? Tentunya, sifat tersebut amat dibenci di sisi Allah. Karena sejatinya, kesombongan hanyalah milik Allah, sehingga tidak ada satupun makhluk yang pantas mensifati sifat Al-Mutakabbir milik Nya. Maka, orang-orang yang mengingkari kebesaran Nya tersebut akan kekal abadi di dalam neraka Jahannam, sebagaimana dalam firman Nya:
قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. (QS. Az-Zumar: 72)
(ann/elnury)

Previous post Amanah Menjadi Seorang Ibu, Apa Sih Istimewanya?
Next post Memaknai Kebesaran Allah Melalui Sifat Al-Mutakabbir (II-Habis)

Leave a Reply

Social profiles