Amanah Menjadi Seorang Ibu, Apa Sih Istimewanya?

Sahabat, menjadi seorang ibu merupakan impian terbesar bagi sebagian besar wanita di dunia. Karena, fitrah dan mulianya seorang wanita terletak pada ketaatan dan pengorbanannya sebagai seorang istri dan ibu, apabila dia sudah menikah. Namun, fenomena feminisme saat ini yang semakin marak digencarkan, mampu merubah pola pikir kaum wanita saat ini untuk beraktivitas di luar rumah dan mengabaikan nilai-nilai maknawi dan hakikatnya sebagai seorang ibu. Lantas, seperti apa letak keistimewaan seorang wanita yang seutuhnya menjalankan amanah sebagai seorang ibu? Berikut uraian penjelasan dari Ustadzah Nunung Betari, Pengisi Kajian Rutin Pagi Hari (KRPH) Masjid Mardhiyyah, Kampus Universitas Gadjah Mada, mengenai amanah menjadi seorang ibu.
Amanah menjadi seorang ibu merupakan anugerah terbesar yang Allah berikan kepada kaum wanita. Mengingat, dasar dari makna amanah ini yang sangat penting untuk dijaga dengan baik. Sebagaimana dalam sabdaNya, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal 27).
Ayat tersebut mengingatkan kita, bahwa amanah menjadi seorang ibu merupakan hal yang sangat penting dan patut kita jalani dengan penuh keikhlasan. Ustadzah Nunung menjelaskan, merupakan dosa besar bagi ibu-ibu yang tidak menjalankan amanahnya sebagai seorang ibu yang sudah dilimpahkan anugerah hadirnya seorang anak sejak dalam kandungannya.
Sejenak, mari kita kembali mengingat kisah dari Fathimah, putri kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dimana saat itu Fathimah tengah menangis sambil mengadu kepada ayahnya karena merasakan kelelahan yang luar biasa sebagai seorang ibu rumah tangga. Rasulullah pun berkata sambil menghibur sang anak yang saat itu hendak meminta diberikan pembantu untuk meringankan tugasnya di rumah.”Jika Allah Subhanhu Wa Ta’ala menghendaki wahai Fatimah, niscaya penggilingan  itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah Subhanhu Wa Ta’ala menghendaki di
tuliskannya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.”
“Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah menuliskannya satu derajat.”
“Ya Fathimah, perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Allah menjadikan dirinya dan neraka tujuh buah parit.”
“Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut  anaknya-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakian mereka, maka Allah akan mencatatkan baginya pahala orang yang memberi makan pada seribu orang lapar dan memberi pakaian  kepada seribu orang telanjang.”
“Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya, maka Allah akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar pada hari kiamat.”
“Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridlaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridla denganmu tidaklah akan aku do’akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah, bahwa ridla suami itu dari Allah Subhanhu Wa Ta’ala dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah Subhanhu Wa Ta’ala?”
“Ya Fathimah, apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah mencatat baginya tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan.
Apabila ia mulai sakit melahirkan, maka Allah mencatatkan untuknya pahala orang -orang yang berjihad pada jalan Allah yakni perang sabil. Apabila ia melahirkan, maka keluarlah dari dirinya dosa-dosanya seperti ketika ia di lahirkan. Dan apabila ia meninggal, tiadalah ia meninggal dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan di dapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman surga. Dan Allah akan mengkaruniakan pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.”
Betapa indahnya makna dari uraian hadits tersebut. Allah telah mengkaruniakan pahala yang begitu besar dan kedudukan yang amat mulia bagi para wanita yang dengan ikhlas menjalani peran dan tugasnya sebagai seorang ibu. Bahkan, Rasulullah pun sangat menyayangi wanita-wanita yang memegang amanahnya dengan baik dalam keluarga. Lantas, bagi anda yang saat ini masih menjadi seorang ibu yang bekerja di luar rumah, jangan berkecil hati atau sungkan. Berdoalah, agar Allah senantiasa memberikan kesempatan dan karunianNya pada diri kita. Selamat bermuhasabah! (ann/elnury)

Previous post Sifat-Sifat Baik yang Harus Dimiliki dalam Diri Seseorang (II-Habis)
Next post Memaknai Kebesaran Allah Melalui Sifat Al-Mutakabbir (I)

Leave a Reply

Social profiles