Saat kau terbangun di pagi hari, kemudian menatap indah wajah orang-orang terkasih dalam keadaan sehat dan tak kurang satupun, termasuk diri sendiri adalah salah satu kunci syukur yang patut kita nikmati. Mengapa? Lantas, coba kita bayangkan jika kita terbangun dalam keadaan yang menyedihkan, misalnya saat situasi gempa berlangsung dimana dalam peristiwa itu merenggut orang-orang yang terkasih termasuk mendapati diri ini terluka berat bahkan hampir sekarat. Masih kah kita bersyukur?

Hidup, tak ayal hanya lah sebuah proses pembelajaran diri untuk menemukan titik akhir dari suatu tujuan, yakni jalan pulang. Jika proses yang dilalui bernilai benar, maka selamatlah ia di dunia dan akhirat. Namun, jika proses yang dilalui bernilai salah maka yang akan di dapat hanyalah sebuah kerugian dan nestapa.
Rasa syukur tak semestinya dihadirkan saat diri dilimpahi banyak materi atau berlimpahnya harta. Namun, rasa syukur tersebut pada kenyataannya dapat diwujudkan dalam setiap momen kehidupan. Karena, rasa syukur tersebut akan hadir bilamana hati ini menyadari bahwa terdapat tujuan hidup yang Allah berikan untuk kita jalani dalam setiap prosesnya. Sehingga, setiap detik yang kita lalui tidak akan di sia-siakan demi bertumpu pada Rabbnya.
Bahkan, Allah pun telah menjamin hamba-hambanya. Yakni, barangsiapa yang senantiasa bersyukur maka, akan Dia tambahkan nikmatnya. Terus bertambah dan berlimpah, khususnya dalam hal keberkahan hidup di segala hal. Sehingga, nikmat Tuhanmu mana lagi yang engkau dusta kan? Manakala, Allah menjadi kan shalat dan sabar sebagai jalan untuk bersyukur dalam menjalani hidup.
Dua hal tersebutlah, yang perlu diamalkan dan dipahami tiap-tiap diri lantaran sebagai tameng untuk menolong diri, menjaga hati dan memenjarakan nafsu agar senantiasa bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dan tetapkan pada hamba-hambanya. Sehingga, bertambah pula lah nilai syukur dalam diri ini dengan hadirnya keridhaan hati dalam segala kondisi yang menyakitkan sekalipun. Dan, diri ini pun masih mampu tersenyum dan tegak berdiri menjemput kebaikan dari Nya.
Akhir kata, belajar menikmati syukur tidak melulu harus dalam keadaan terbaik, namun harus disiapkan dalam segala kondisi dan diingatkan setiap saat. Patut diingat, belajar menikmati syukur dapat dimulai dengan mensyukuri hal-hal yang sangat sederhana sekalipun. Mengingat, rasa kufur akan selalu hadir dalam berbagai wujud, baik dalam keadaan suka maupun duka. Sehingga, dengan stabilnya nilai syukur yang ada dalam diri mampu mengalahkan kekufuran nikmat di dalam diri. Kuncinya ada pada muhasabah dan terus bermuhasabah sebagai pembekalan diri untuk belajar menikmati syukur. Bismillah. Allahualam bi showab.
Previous post Pasca Menikah: Cermin itu Memantulkan Siapa Diri Kita
Next post Kisah Si Baik dan Si Jahat

Leave a Reply

Social profiles