Medio 2015, masih teringat dengan jelas kejadian kabut asap terparah di Indonesia. Membayangkannya saja, sudah membuat dada terasa sesak. Bagaimana jika posisinya berada langsung di tempat kejadian perkara (TKP)? Jujur, mungkin saya tidak akan sanggup menjalaninya. Sulit! Faktanya, seperti itulah kejadian tragis dibalik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Bahkan, untuk menguatkan diri sendiri agar bisa bertahan di tengah kepungan asap yang terus melangit saja rasanya tidak mampu. Sungguh, alam tengah menunjukkan taringnya kala itu, guna membalas ulah manusia yang dengan sengaja meluluhlantahkan hutan dengan kobaran api secara semena-mena.
Miris dan membuat hati kita ngilu, sembari membayangkan hewan-hewan, tumbuhan, serta makhluk hidup lainnya yang menggantungkan hidupnya pada hutan.
Tepat, di Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2021 lalu, saya kembali diingatkan pada alam agar senantiasa sadar bahwa kehadiran hutan bagi manusia kini dan seterusnya amatlah penting. Kehadirannya dapat memberikan manfaat bagi kita dalam menopang hidup.
Air, udara yang bersih, serta bebas penyakit adalah tiga hal yang menjadi dambaan kita bersama untuk seterusnya. Sehingga, upaya untuk melindungi hutan dari deforestasi demi mewujudkan hutan lestari ini harus terus digalakkan setiap saat.
Bersyukur sekali, beberapa waktu lalu saya dan teman-teman Eco Blogger Squad berkesempatan untuk mengikuti webinar bersama AURIGA dan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) terkait dampak kebakaran hutan di Indonesia. Menariknya, dari kasus ini terdapat pula fakta tragis yang erat kaitannya dengan munculnya pandemi corona saat ini.
Well, kira-kira seperti apa sih fakta tragis dibalik kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia? Mau tahu? Ini dia, selengkapnya!
Karhutla, Bencana Tahunan yang terus Berulang
Tidak dapat dipungkiri, kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, khususnya sepanjang tahun 2019 kemarin menjadi catatan yang paling buruk selama dua dekade terakhir setelah kasus bencana asap di tahun 2015. Kondisi ini dijelaskan secara gamblang oleh Dedi P. Sukmara selaku Direktur Informasi dan Data AURIGA Nusantara pada agenda webinar beberapa waktu lalu.
Dedi menjelaskan, dari data pemerintah yang dia peroleh, diketahui luasan hutan dan lahan yang hangus dilalap api pada 2019 lalu ada sekitar 1,6 juta hektar. Kondisi ini, jika dibandingkan dengan luasan hutan dan lahan yang terbakar pada tahun 2015, tentu jauh lebih luas yakni sekitar 2,6 juta hektar.
Meski begitu, risiko bahaya yang didapatkan dalam konteks ini terbilang sama, namun polanya berbeda-beda. Utamanya, kasus kebakaran yang terjadi di lahan gambut. Lantaran, kondisi lahan gambut yang kering di musim kemarau ini cenderung lebih mudah terbakar dan penyebaran titik apinya sulit dikendalikan.
Mengingat, musim kemarau panjang (El Nino) seringkali menjadi faktor utama pemicu kebakaran. Padahal, jika kita telusuri lebih jauh, karhutla ini tetap saja terus terjadi secara berulang-ulang dengan pola yang berbeda. Kendati, tanpa kemarau panjang sebagai pemicunya. Sehingga, faktor ulah manusia rasanya lebih tepat dianggap sebagai penyebabnya. Entah, karena lalai atau bahkan disengaja untuk pembukaan lahan.
Disamping itu, akibat dari kasus karhutla ini pula pemerintah negara kita kerap menjadi sorotan negara tetangga yang berujung pada memanasnya hubungan diplomatik. Otomatis, mau tidak mau, gara-gara kasus karhutla ini turut menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, lantaran kenaikannya yang signifikan secara global. Ngeri!
5 Fakta Tragis Dibalik Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan
Nyatanya, dibalik kasus kebakaran hutan dan lahan yang masih terus terjadi hingga saat ini, terdapat beberapa fakta tragis yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Salah satunya, mempunyai kaitan yang erat dengan situasi pandemi corona saat ini.
Lantas, seperti apa sih fakta tragis dibalik kasus karhutla ini? Selengkapnya, check this out!
1. Hutan Menjadi Gundul
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada Maret 2021 lalu, diketahui terdapat 173 kasus kebakaran hutan dan lahan per Januari 2021. Dimana, sebaran kasus karhutla ini sendiri tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah Sulawesi Utara, hingga Papua.
Melalui data ini dapat kita ketahui, bahwa peristiwa karhutla hingga detik ini masih terus terjadi dan berulang polanya dari tahun ke tahun. Dampaknya pun tak main-main, yakni musnahnya lahan hutan yang erat kaitannya dengan fungsi ekologis lingkungan.
Sehingga, lahan hutan tidak lagi mampu menampung air saat musim hujan tiba. Akibatnya, bencana longsor dan banjir pun tak dapat dihindari di berbagai daerah.
2. Munculnya Penyakit Zoonosis
Dijelaskan oleh dr. Alvi, salah satu fakta tragis dari terjadinya peristiwa karhutla ini adalah munculnya sejumlah penyakit Zoonosis, seperti Ebola, HIV, Malaria, Rabies, serta Covid 19 yang tengah menjadi wabah saat ini.
Dimana, penyebaran penyakit ini umumnya disebabkan oleh hewan-hewan yang dipaksa meninggalkan habitat aslinya lantaran kerusakan ekosistem akibat deforestasi yang kian meningkat.
Terlebih, Zoonosis ini sendiri merupakan penyakit atau infeksi yang secara alami bisa ditransmisikan dari vertebrata ke manusia. Contoh, penularan virus covid 19 melalui kelelawar dan pangolin ke manusia.
3. Punahnya Jenis Flora dan Fauna Langka
Faktanya, dari terjadinya peristiwa kebakaran hutan dan lahan ini berakibat pada rusaknya ekosistem hutan. Dimana, kondisi ini ditandai dengan hilangnya habitat dan penurunan populasi tumbuhan serta satwa liar. Utamanya, yang berjenis langka, salah satunya seperti Orangutan.
4. Melumpuhkan Perekonomian
Tak dapat dipungkiri, kasus karhutla ini sendiri nyatanya juga sangat berdampak pada sektor perekonomian negara. Tidak tanggung-tanggung, kerugian yang dialami Indonesia sebagai akibat dari dampak karhutla sepanjang 2019 lalu mencapai US$5,2 miliar atau setara dengan Rp72,95 triliun. Wah, angka yang fantastis ya sodara-sodara!
5. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Salah dua fakta tragis yang dampaknya tengah kita rasakan secara nyata saat ini. Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dampak signifikan yang muncul akibat adanya deforestasi di berbagai belahan bumi.
Belum lagi, melonjaknya emisi gas serta pencemaran udara yang makin mendukung pemanasan global. Otomatis, fakta tragis ini akan menjadi momok sekaligus catatan buruk yang harus dibenahi demi menjaga dan menyelamatkan bumi di masa depan.
Nah, menurut kamu dari lima fakta di atas, mana nih yang bikin kepala nyut-nyutan sekaligus gigi ngilu? Biar sama-sama ploong, yuk, sharing!
Semoga informasi dan ulasan saya kali ini bermanfaat ya. Have a good day, SALAM WARAS!
Ludy
Aq kalo udah denger kebakaran hutan sedih banget, lahan jadi habis terbakar, polusi asap dan juga banyak hewan yang jadi korban.
Sedih banget tiap nonton atau baca berita tentang kebakaran hutan seperti ini
Rasanya kayak menyia-nyiakan hutan untuk masa depan. Rasa bersalah karena merusak warisan untuk anak cucu kita kelak. Semoga tak ada lagi kebakaran hutan seperti ini
Dampak kebakaran memilukan, apalagi kalau sampai asapnya sampai ke negeri tetangga. Berdampak pada kualitas kehidupan
Sedih banget dengan karhutla. Jahat sekali orang-orang yang melakukan pembukaan lahan dsb dengan melakukan pembakara. Sangat jahat karena dampaknya ke alam, flora fauna, dan orang-orang di sekelilingnya. Terakhir kali ke Kalimantan tahun 2019 merasa miris lihat hutan-hutan Kalimantan gundul. Sama halnya di Sumatera, pohonnya sekarang banyak berubah jadi sawit. Sekarang mikirnya masih duit, dalam beberapa tahun mendatang, sumber daya akan makin tipis. Tetap suarakan cinta alam dan masalah karhutla ini kak Ludya. Salam hangat kak Ludya
Semoga bencana tahunan ini tidak berulang lagi di tahun selanjutnya. Yuk optimis semangat, dengan gotong royong cegah Karhutla, kita bisa jaga bumi dan hutan kita.
Semuanya bikin kepala nyut²an, Mbak.
Huhuhu
Ngomongin lingkungan ini beneran ngeri² sedap. Asa dunia semakin menua. Apalagi kalau lihat gelombang es yang mencair 🙁
Ngeri banget sama dampak El Nino berkepanjangan di Indonesia seperti yang terjadi pada 2019 lalu, kebakaran hutan dan lahan dimana-mana. Jangan sampai tahun ini terjadi lagi di saat pandemi ini, semakin sulit rasanya membayangkan….